Cikarang, Bekasi (ANTARA News) - Sekitar 200 mahasiswa yang tergabung dalam Jaringan Mahasiswa Nasionalis (Jaman), menggelar aksi di depan pabrik PT Unilever Indonesia, Kamis, dan mengajak warga memboikot produk perusahaan tersebut.

Aksi yang berlangsung di Blok O Jalan Raya Kawasan Industri Jababeka II, Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, itu dipicu oleh dugaan bahwa PT Unilever menghentikan penggunaan minyak sawit dari Indonesia sebagai bahan baku produksi.

"Kebijakan itu telah menyengsarakan petani sawit Indonesia dan juga menampar kehormatan seluruh bangsa Indonesia," ujar Koordinator Aksi Jaman, Desta, di Cikarang.

Menurutnya, PT Unilever Indonesia telah menghentikan kerja sama dengan produsen minyak sawit lokal melalui PT Smart sejak Desember 2009 lalu dan mengakibatkan sekitar 14 juta jiwa petani sawit nasional kesulitan memasok hasil pertaniannya.

"Apalagi, selama 77 tahun sejak 1933 hingga 2010, PT Unilever telah menikmati ribuan triliun dari hasil ekspolitasi kekayaan alam Indonesia. Pihak Unilever tidak tahu terima kasih dan malah mempermalukan petani sawit kita," ujarnya.

Atas situasi itu, kata dia, pihaknya mendesak produsen merk dagang ternama yakni, Pepsodent, Ponds, Taro, Sariwangi, dan Dancow itu untuk segera meminta maaf kepada petani sawit Indonesia.

"Selain itu, kami mendesak PT Unilever kembali menggunakan hasil kelapa sawit Indonesia. Jika hingga pekan depan permintaan kami tidak dilaksanakan kami imbau mereka untuk segera angkat kaki dari Indonesia. Kami juga mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk memboikot hasil produksi PT Unilever," ujarnya.

Menanggapi hal itu, juru bicara PT Unilever Indonesia Maria D. Dwianto menepis dugaan tersebut dan mengatakan bahwa pihaknya hingga kini membeli minyak sawit dari Indonesia sebagai bahan baku produksi.

"Kebutuhan minyak sawit sebagai bahan baku produksi yang kita gunakan mencapai sekitar 1 juta ton per tahun. Sekitar 65 persen di antaranya berasal dari petani sawit di Indonesia," katanya.

Menurutnya, kebutuhan minyak sawit untuk hasil produksi di Indonesia di antaranya didatangkan dari PT Musim Mas, PT Wilmar, dan PT Smart.

"Namun, kami terpaksa menunda sementara kerja sama dengan PT Smart menyusul adanya indikasi penanaman sawit yang tidak ramah lingkungan," ujarnya.

Kebijakan tersebut, kata dia, dilakukan guna menghindari terjadinya gangguan dalam proses distribusi minyak sawit kepada PT Unilever yang bisa terjadi akibat adanya resistensi dari pihak terkait terhadap aktivitas PT Smart.

"Kita tidak memutus kerja sama dengan PT Smart yang setiap tahunnya memasok kebutuhan minyak sawit sekitar 5 persen dari kebutuhan kita. Namun, hingga kini kita masih menunggu hasil kajian dari tim investigasi independen terhadap pola kerja PT Smart terkait dugaan tersebut. Hal ini penting untuk memastikan kelestarian lingkungan hidup di Indonesia," katanya.

Aksi unjuk rasa yang diikuti ratusan mahasiswa dari Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unisma Bekasi, Jayabaya, Universitas Asy-Syafiiyah, dan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) berlangsung tertib dengan dikawal puluhan aparat kepolisian setempat.

Mahasiswa yang menggunakan spanduk orasi bertuliskan "Boikot Produk Unilever, "Jangan Tindas 14 Juta Petani Sawit Indonesia", dan "Unilever Loop Naar De Hel" menggembok gerbang utama PT Unilever menggunakan rantai dari bahan plastik.

Managemen PT Unilever memastikan tidak ada gangguan dalam bentuk apa pun terhadap aktivitas produksi terkait dengan aksi demonstrasi yang berlangsung sekitar dua jam.

(T.KR-AFR/S022/R009)

Pewarta: handr
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2010