Jakarta (ANTARA News) - Setelah sekian lama tak muncul dan menimbulkan kekhawatiran, flu burung kembali lagi dan merenggut nyawa.

Kementerian Kesehatan mencatat, tiga orang terinfeksi virus Avian Influenza H5N1 selama Januari-April 2010 dan dua diantaranya meninggal dunia.

Dua kasus infeksi paling akhir yang terlapor terjadi pada seorang ibu rumah tangga berinisial HA (45) di Kota Malang, Jawa Timur, dan seorang anak perempuan berusia empat tahun delapan bulan dengan inisial JE di Pekanbaru, Riau.

Ibu rumah tangga yang terdeteksi terserang flu burung melalui pemeriksaan rutin surveilans pada sentinel penyakit serupa influenza (Influenza Like Illness/ILI) di puskesmas sembuh setelah mendapatkan pengobatan.

Sementara pasien anak yang dirawat di ruang isolasi Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru, kondisinya terus memburuk dan akhirnya meninggal dunia pada 28 April 2010.

Namun kematian anak perempuan itu tidak banyak diberitakan. Masyarakat pun tidak terlalu menaruh perhatian. Virus penebar maut yang selama 2005 sampai April 2010 menyerang 165 orang Indonesia dan menyebabkan 136 diantaranya meninggal dunia itu tampaknya tak lagi dianggap sebagai momok yang menakutkan.

Ahli komunikasi krisis pada "Centers for Disease Control and Prevention" (CDC) Amerika Serikat Barbara J Reynolds menyebut fase seperti ini, saat penularan penyakit mereda dan masyarakat hampir melupakan ancaman yang bahayanya sama sekali tidak bisa diremehkan, sebagai fase pemeliharaan.

Pada fase itu, menurut dia, pemerintah dan pemangku kepentingan harus menerapkan strategi komunikasi untuk memelihara ingatan masyarakatnya akan ancaman penyakit yang berpotensi menimbulkan pandemi influenza tersebut.

Dalam sebuah pelatihan komunikasi risiko di Atlanta, Amerika Serikat, bulan lalu, Reynolds mengatakan upaya itu antara lain bisa dilakukan dengan menerapkan strategi penyebarluasan informasi pencegahan secara berlanjut serta kegiatan simulasi penanggulangan dan penanganan kasus penyakit.

Namun tentu saja usaha itu harus tetap dibarengi dengan penerapan mekanisme pemantauan penyakit dan riset-riset terkait penyakit yang kalau sampai menimbulkan pandemi influenza akan merenggut jutaan nyawa manusia tersebut.

Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan Ratna Rosita Hendardji mengatakan pemerintah tetap memantau penyebaran virus influenza A H5N1 meskipun dalam beberapa tahun terakhir kasusnya cenderung menurun."Tetap dipantau. Upaya pencegahan tetap dipromosikan," katanya.

Direktur Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Kementerian Kesehatan Rita Kusriastuti mengatakan pemerintah memantau penularan penyakit influenza yang utamanya menular dari unggas tersebut melalui fasilitas kesehatan dasar dan rumah sakit.

"Sejumlah puskesmas dan rumah sakit yang ditetapkan sebagai sentinel surveilans untuk penyakit serupa influenza. Jadi kalau ada orang dengan gejala influenza yang datang ke fasilitas kesehatan itu akan diambil sampel usap tenggorokannya untuk diperiksa apakah dia kena flu burung," katanya.

Rita menjelaskan pula bahwa petugas kesehatan hewan pun secara rutin mengambil sampel unggas untuk memantau penyebaran flu burung pada ternak."Kami saling berkoordinasi," katanya.

Ia menjelaskan pemerintah juga secara berkala memeriksa sampel hasil pemantauan penyakit serupa influenza pada manusia dan penyakit serupa pada unggas di laboratorium untuk mengetahui kemungkinan adanya perubahan pada struktur biologi virus influenza A H5N1.

Hal itu juga dilakukan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya percampuran antara virus influenza A H5N1 dan virus influenza A H1N1 atau flu babi, yang beberapa waktu lalu menyebar di Indonesia.

Para ahli khawatir percampuran kedua jenis virus influenza A tersebut akan memunculkan varian baru virus influenza tipe A yang mungkin lebih mematikan dan berpotensi menimbulkan pandemi.

Memelihara Ingatan
Rita mengatakan pemerintah juga berusaha memelihara ingatan masyarakat akan ancaman flu burung melalui pengembangan pemantauan atau surveilans flu burung berbasis komunitas dan promosi pencegahan penyakit."Karena kita sama sekali tidak boleh lengah," katanya.

Pemerintah, kata dia, mengembangkan kegiatan pemantauan penyakit berbasis masyarakat supaya kasus flu burung bisa segera terdeteksi dan mendapat penanganan tepat sehingga tidak sampai berakibat fatal.

"Kami mengimbau masyarakat untuk sesegera mungkin melaporkan kasus kematian unggas secara mendadak, apalagi yang disertai dengan kasus demam pada warga sekitar kepada petugas terkait," katanya.

Petugas dinas peternakan, lanjut dia, juga aktif memantau penularan flu burung pada unggas supaya bisa segera melakukan penanganan jika menemukan kasus flu burung pada ternak sehingga penyakit itu tidak sampai menular ke manusia.

"Masih banyak lagi yang harus dilakukan karena banyak upaya pencegahan yang belum berjalan dengan baik seperti pasar sehat, peternakan sehat, serta perilaku hidup bersih dan sehat," katanya.

Ia mengatakan pemerintah mengajak semua pihak berpartisipasi dalam kegiatan pencegahan penyakit dan promosi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

"Tidak sulit, hanya dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan, membiasakan diri mencuci tangan menggunakan sabun serta perilaku sehat yang lain kita bisa terhindar dari berbagai macam penyakit. Karena itu kami minta semua ikut berpartisipasi dalam kampanye ini," demikian Rita Kusriastuti.(M035/A038)

Oleh Maryati
Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2010