Kendari,  (ANTARA News) - Ratusan demonstran yang menamakan diri Komite untuk Demokrasi, Keadilan dan Transparansi Anggaran (KuDETA) mengepung Kantor Kejaksaan Tinggi Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), sehingga nyaris terjadi bentrok dengan aparat kejaksaan, Senin.

KuDETA melakukan pelemparan telur dan tomat busuk sehingga aparat kejaksaan  berang dan berusaha mengejar para demonstran.  Asintel Kejati Sultra, Arie Arifin saat mendengarkan kritikan demontran tiba-tiba pingsan dan langsung dilarikan di rumah sakit terdekat.

Sebelumnya massa KuDETA yang terhimpun dari 15 presidium organisasi yang peduli penegakan hukum menyampaikan mosi tidak percaya kepada jajaran Kejati Sultra karena terkesan lamban menangani sejumlah kasus korupsi yang telah menjadi sorotan publik.

Dalam pernyataan sikap yang ditanda tangani 15 anggota presidium mendesak kejaksaan Agung untuk mencopot Kajati Sultra, Wakajati dan Asisten Intelijen (Asintel).

Untuk menjawab harapan masyarakat Sultra, khususnya masyarakat Kabupaten Bombana maka KuDETA meminta Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengambilalih penanganan dugaan penyelewengan uang negara di Sultra, khususnya Kabupaten Bombana.

Koordinator lapangan KuDETA Bersatu, Moh Arwin Malik membeberkan kegiatan proyek pembangunan yang berpotensi merugikan negara, antara lain, penyertaan modal Perusahaan Daerah (PD) Wonua Bombana sebesar Rp1,5 miliar, modal kerja Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) sebesar Rp1 miliar, dan penyaluran dana usaha kecil menengah (UKM) 2006 senilai Rp1,2 miliar.

Mereka juga melaporkan penunjukan langsung (PL) pekerjaan rehabilitasi jembatan di Kecamatan Rumbia senilai Rp949.250.000 juta yang melanggar Keppres No. 80 tentang pengadaan barang dan jasa.

Demonstran yang kecewa dengan kinerja Kejaksaan mendatangi Kantor Kejati Sultra dengan membawa keranda mayat di bawah kawalan aparat kepolisian.

Mereka menolak bertemu dengan pejabat Kejati Sultra, kecuali hanya meminta kepada pihak kejaksaan agar mengembalikan data dan informasi yang telah diserahkan KuDETA sebelumnya karena pihak kejaksaan dinilai kurang serius untuk menindaklanjutinya.

"Kami datang menyampaikan mosi tidak percaya dengan kinerja jajaran Kejati Sultra dan meminta data dan informasi yang kami berikan sebagai bahan pengusutan perkara karena tidak ada manfaatnya," kata Arwin.

Setelah menuggu beberapa jam, massa melemparkan telur dan tomat busuk yang mengenai pejabat dan staf Kejati Sultra, wartawan dan aparat kepolisian yang mengawal para demonstran itu.

Mereka terus berorasi yang menuding oknum pejabat kejaksaan telah mengeksploitasi data dan informasi untuk kepentingan pribadi. Kritikan ini membuat Wakajati Sultra, A.K. Basyuni dan Asintel Arie Arifin berang. Asintel, Arie Arifin yang tampak tidak bisa menahan emosinya, tiba-tiba pingsan hingga dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis.

Sementara itu, di luar gedung Kejati Sultra juga ada sekelompok massa yang pro terhada Pemerintah Kabupaten Bombana. Mereka berorasi yang memuji pelaksanaan pembangunan dan roda pemerintahan Kabupaten Bombana di bawah kepemimpinan Bupati Atikurahman.

Dua kelompok massa pro dan kontra nyaris adu fisik, namun aparat kepolisian di bawah kendali Kapolresta Kendari, AKBP Erfan Prasetyo melakukan blokade.

Wakajati Sultra, A.K. Basyuni mengatakan, pihak kejaksaan sudah menurunkan tim untuk menyelidiki laporan dugaan penyelewengan uang negara di Kabupaten Bombana.

"Tudingan sekelompok orang yang nota bene peduli hukum bahwa Kejati Sultra tidak serius memberantas korupsi, itu tidak benar. Sejumlah temuan terindikasi korupsi masih dalam pengusutan," katanya.(*)

Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2009