Jakarta (ANTARA News) - Ketua Fraksi PDI Perjuangan di DPR RI, Tjahjo Kumolo, atasnama fraksinya menyorot kritis landasan hubungan luar negeri RI yang secara umum harus selalu dilandasi kepentingan politik maupun ekonomi.

"Memang, pada era modern sekarang, dapat dikatakan bahwa kepentingan ekonomi terkesan sudah lebih dominan, sehingga pertumbuhan ekonomi suatu negara menjadi kekuatan tersendiri dalam menjalankan diplomasi dengan negara lain," katanya di Jakarta, Selasa.

Ia mengatakan itu kepada ANTARA, sehubungan dengan seminar sehari bertajuk "Pembangunan Indonesia, Peluang Kerjasama Ekonomi dan Perdagangan dengan Italia" di kota Torino, Italia, akhir pekan lalu.

Salah satu kesimpulan dari seminar itu menggarisbawah demokrasi dan pertumbuhan ekonomi menjadi aset hubungan luar negeri (Hublugri) RI.

Tjahjo Kumolo mengakui, kepentingan ekonomi terkesan lebih dominan kini dalam membangun Hublugri yang efektif.

"Makanya, kerjasama-kerjasama ekonomi, baik bilateral maupun regional dan global seperti WTO, APEC dan sebagainya saat ini menjadi lebih dominan," ungkap Tjahjo Kumolo yang juga Sekjen DPP PDI Perjuangan ini lagi.


Posisi Tawar Tinggi

Tegasnya, menurut Tjahjo Kumolo, kekuatan politik dan pertahanan suatu negara akan efektif jika ditunjang oleh kekuatan ekonomi dalam menjalin kerjasama dengan negara lain.

"Makanya, pertumbuhan ekonomi yang luar biasa di suatu negara akan membuat negara tersebut memiliki posisi tawar yang sangat tinggi," katanya.

Pertanyaan sekarang, demikian Tjahjo Kumolo, bagaimana dengan Indonesia dalam konteks memainkan peran berbasis kepentingan ekonomi dan politik tersebut?

"Indonesia merupakan anggota dari G-20 dan APEC, yang dapat diartikan bahwa Indonesia sebenarnya memiliki prospek pertumbuhan ekonomi yang bagus dan diperhitungkan di tingkat internasional," ujarnya.

Sekarang, demikian Tjahjo Kumolo, tinggal bagaimana Indonesia mengelola dan memainkan prospek tersebut, sehingga dapat memberikan dukungan optimal dalam politik luar negeri RI. (M036/K004)

Pewarta: handr
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2010