Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perindustrian (Menperin), MS Hidayat, menggelar temu bisnis dengan para duta besar negara Timur Tengah untuk meningkatkan volume perdagangan dan membuka peluang investasi langsung di bidang industri, perdagangan serta promosi ekspor produk Usaha Kecil Menengah (UKM).

"Negara anggota OKI (Organisasi Konferensi Islam) merupakan tujuan utama ekspor Indonesia," ujar MS Hidayat saat membuka acara tersebut di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Rabu.

Hidayat menyebutkan, pangsa pasar ekspor Indonesia di Uni Emirat Arab sebesar 1,2 persen, Saudi Arabia 0,8 persen. Sementara itu, Indonesia juga mengimpor banyak dari Arab Saudi dengan pangsa pasar 4,5 persen, Kuwait 2,3 persen dan Turki satu persen.

Total perdagangan Indonesia dengan negara OKI selama 2000-2007 meningkat rata-rata 15,35 persen yaitu dari 7,8 miliar dolar AS menjadi 19,7 miliar dolar AS.

Ekspor Indonesia ke negara-negara anggota OKI meningkat rata-rata 14,27 persen selama periode 2000-2007 dengan nilai 12,8 miliar dolar AS. Nilai itu mencakup 11,2 persen dari total ekspor Indonesia.

Sementara, impor Indonesia dari negara-negara anggota OKI meningkat rata-rata 17,06 persen per tahun dengan nilai 6,9 miliar dolar AS pada 2007.

Selama periode tersebut surplus neraca perdagangan Indonesia meningkat dari 2,6 miliar dolar AS pada 2000 menjadi 5,9 miliar dolar AS pada 2007.



Tagih komitmen

Pada kesempatan itu, Menperin mengharapkan bahwa investor Timur Tengah tetap berkomitmen mewujudkan sejumlah proyeknya di Indonesia.

Beberapa komitmen investasi pengusaha Timur Tengah antara lain di sektor agro industri/ konstruksi oleh Bin Ladin-Saudi, pengolahan minyak kelapa sawit oleh Al-Hayeel Group, pendirian pabrik pupuk amonia-urea kerjasama dengan National Petrochemical (NPC) Iran, dan pembangunan pembangkit listrik di Indragiri Riau.

Investasi pengusaha Timur Tengah lainnya Qatar Telecomunication (Q-tel) di Indosat, Emaar Properties yang berinvestasi properti di Lombok senilai 600 juta dolar AS, serta pembangunan galangan kapal (drydock) di Batam senilai 500-600 juta dolar AS.

Selain itu, beberapa investor lainnya yang berniat berinvestasi di sektor perbankan Indonesia antara lain Al-Barakah, Qatar Islamic Bank, Kuwait Financing House, Al-Raji, serta Tadamun Bank.

Pada kesempatan itu hadir antara lain duta besar Tunisia, Mesir, Sudan, Maroko dan Turki.
(T.E014/F004/P003)

Pewarta: priya
Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2010