Pagaralam, Sumsel (ANTARA News) - Warga Dusun Tebat Lereh RT 03 RW 01, Kelurahan Penjalang, Kecamatan Dempo Selatan, Kota Pagaralam, Rosnina, selain diketahui telah berumur 121 tahun, juga menyimpan kain panjang berumur 200 tahun.

Saat melihatnya, Jumat, kain tua itu memiliki panjang 2,5 meter dengan lebar 1 meter bermotif bunga- bunga dikombinasikan dengan lukisan daun dan kembang.

Meskipun terlihat tenunan masih kasar, kondisi kain masih utuh dan belum ada yang rusak.

Guna menghindari kerusakan, kain itu disimpan dalam lemari kayu dibungkus plastik.

Menurut pemiliknya, kain itu sudah diwariskan kepadanya yang merupakan generasi ketiga.

"Kami memang sudah memiliki tradisi mewariskan kain ini kepada setiap penyambung jalur keturunan khusus bagi perempuan saja. Untuk saat ini, saya merupakan generasi ketiga yang menerima warisan ini," kata Rosnina pula.

Dia membenarkan, kain itu tidak memiliki kelebihan khusus, namun terdapat hiasan bagi keluarga puyang Serunting Sakti.

Namun setidaknya kain peninggalan nenek moyang yang sudah diwariskan secara turun-temurun ini, dipercaya para pewarisnya akan dapat mengikat keakraban antarkeluarga.

"Kain warisan ini sudah memiliki nilai sejarah tinggi. Belum tentu ada orang masih menyimpan barang atau pakaian, selain mudah rusak dan selalu ada yang baru," kata dia lagi.

Dia menyatakan, diperkirakan pembuatan kain warisan dengan umur 200 tahun tersebut sekitar tahun 1810.

Namun siapa pembuat dan dari negara mana, kurang jelas.

"Bisa dibayangkan saya berumur 121 tahun, sedangkan nenek dan ibu saya berumur sekitar antara 50 hingga 60 tahun. Sedangkan saya sendiri sudah merupakan generasi ketiga," ujar dia lagi.

Peneliti Balai Arkeologi Palembang, Kristantina Indriastuti, mengakui kain dengan umur ratusan tahun itu jarang ditemukan dan belum pernah dilakukan penelitian.

Balai Arkeologi, menurut dia, lebih terfokus dengan megalit, huruf ulu dan peninggalan prasejarah lainnya.

"Kalau melihat coraknya, kain itu merupakan produk lokal mengingat pada tahun 1810 masyarakat Indonesia sudah mengenal pakaian yang terbuat dari kulit kayu dan benang. Namun demikian kami belum mengetahui apa jenis dan tenunan dari daerah mana kain tersebut," katanya.

Balai Arkelogi belum pernah melakukan penelitian untuk peninggalan dalam bentuk kain, selain warga enggan memberitahunya takut diambil untuk museum dan jarang sekali ditemukan saat penelitian," kata dia lagi.(*)

(L.U005*B014/R009)

Pewarta: rusla
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2010