Jakarta (ANTARA News) - Persaingan dalam bisnis telpon seluler di Indonesia telah mendorong turunnya tarif secara luar biasa dalam dua tahun terakhir. Kondisi yang demikian mengakibatkan tarif merosot dari salah satu yang termahal di kawasan Asia menjadi yang paling murah. Dengan revenue per minute (RPM) 0,015 dolar AS atau sekitar Rp20,5, RPM Indonesia kini merupakan yang termurah di kawasan ini. Kompetisi harga yang berlangsung sengit telah menyebabkan terjadinya penurunan signifikan RPM dari 0,15 dolar AS atau sekitar Rp205 per menit pada 2005, demikian menurut Raymond Kosasih dan William Bratton, dua analis riset Deutsche Bank, belum lama ini. Para operator kini berupaya meningkatkan minute of usage (MOU), dengan RPM yang sudah terendah di kawasan ini. Dengan MOU saat ini yang mencapai 150-200 menit per bulan untuk setiap pelanggan, angka ini masih kurang dari separuhnya dibandingkan dengan MOU India. Menurut hemat kedua analis, masih ada ruang yang cukup untuk meningkatkan MOU paling tidak ke angka 400 menit. Mereka merasa yakin dengan manajemen distribusi yang lebih berdaya guna dan kemungkinan pulihnya pendapatan dengan meredanya inflasi, MOU Indonesia dapat ditingkatkan menjadi 400 menit. Naiknya secara signifikan MOU berarti dibutuhkannya kapasitas yang lebih besar. Para operator diharapkan mengkaji biaya dan belanja modal yang lebih efisien guna mengakomodasi kebutuhan kapasitas dan mengurangi rendahnya RPM, kata mereka. Cost per minute (CPM) juga telah menurun, sehingga tingkat keuntungan para operator besar akan semakin meningkat. (*)

Pewarta: muhaj
COPYRIGHT © ANTARA 2009