Magelang,  (ANTARA News) - Masyarakat keturunan Tionghoa di Kota Magelang, Jawa Tengah, membersihkan kiemsin atau rupang-rupang berupa patung dewa-dewa di Kelenteng Liong Hok Bio, menjelang puncak perayaan Tahun Baru Imlek 2560.

"Pembersihan kiemsin ini sebagai tradisi turun temurun, untuk memulai yang baru perlu bersih diri secara fisik dan batin. Ini simbol pembersihan batin manusia untuk memasuki tahun yang baru nanti (26/1)," kata Kepala Bidang Kerohanian Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Liong Hok Bio, Kota Magelang, Tedy Hartanto Tamsil, di Magelang, Selasa.

Puluhan warga bergotong royong di kelenteng yang terletak di tengah kota itu antara lain membersihkan puluhan rupang berbagai ukuran, altar persembahyangan, dan menyiapkan berbagai perlengkapan persembahyangan Imlek.

Mereka membersihkan perlengkapan di kelenteng itu dengan menggunakan air yang telah diberi bunga mawar warna merah dan putih setelah selama beberapa saat berdoa dan membakar dupa baik di depan "yolo" (Wadah berukuran besar dari logam berwarna kuning keemasan,red) di teras kelenteng maupun di altar utama dewa-dewi di dalam kelenteng itu.

Ia menyatakan, warga melakukan berbagai kegiatan ritual dan berdoa dalam rangka merayakan Tahun Baru Imlek 2560 antara lain persembahyangan toapekong naik atau punggahan, sembahyang tutup tahun dan awal tahun, toapekong turun, sembahyang besar kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan cap go meh.

Ketua Umum Yayasan Tribhakti Kota Magelang, Paul Candra Wesi Aji, mengatakan, pembersihan kiemsin di kelenteng itu dilakukan warga setelah mereka berdoa toapekong naik pada hari Senin (19/1) malam, yang diyakni sebagai naiknya dewa-dewi ke nirmana.

"Saat toapekong naik setahun sekali itu, kelenteng kita bersihkan, untuk persemayaman lagi saat turun, sehingga sudah bersih," katanya.

Ia mengatakan, di kelenteng yang dibangun pendahulu mereka pada tahun 1864 itu terdapat 13 kiemsin dengan dewa utama yakni Hok Tek Cing Sing (Dewa Bumi) dan Kwan Im Po Sat (Dewi Welas Asih).

"Mereka dipercaya warga memberikan segala kebutuhan sehari-hari supaya kami bisa hidup makmur, damai, sejahtera, dan beruntung melalui berbagai pekerjaan kami masing-masing setiap hari," katanya.

Hingga saat ini, katanya, sekitar sepuluh ribu warga keturunan Tionghoa tinggal di Magelang dan berbaur dengan masyarakat pribumi dalam hidup sehari-hari.(*)

 

Editor: AA Ariwibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2009