Denpasar (ANTARA News) - Museum Neka di perkampungan seniman Ubud, Bali tercatat memiliki 272 bilah keris pusaka yang dipajang dalam dua ruangan yang khusus disediakan untuk mengoleksi benda-benda sakral.

Selain keris, pada lima ruangan yang lain juga dipajang 312 koleksi karya lukis dan patung yang ditata sedemikian rupa menjadi satu kesatuan yang utuh, kata Pande Wayan Suteja Neka, pendiri, pemilik dan pengelola Museum Neka, di Denpasar, Senin.

Ia mengatakan, ratusan koleksi keris yang diburu dan dikumpulkan selama lebih 50 tahun itu dilestarikan dalam pengembangan museum Neka yang dibangun 28 tahun silam.

"Sejumlah keris yang adalah hasil karya Empu masa lalu, berhasil kami koleksi. Para memiliknya tidak bekeratan melepas koleksi kerisnya, karena tahu akan kami lestarikan," ujar Pande Suteja Neka yang baru saja dinobatkan sebagai dewan pakar keris Indonesia oleh Sekjen Sekretariat Nasional Perkerisan Indonesia (SNKI) KPA Wiwoho Basuki Tjokrohadiningrat.

Puluhan keris garapan empu masa lalu maupun yang masa kini, dipajang berdampingan di museum tersebut, dengan harapan dapat dijadikan pembanding dan dorongan bagi perajin dan seniman keris untuk lebih meningkatkan kreativitasnya.

Ia mengaku, awalnya membeli dua bilah keris pada tahun 1970-an dengan berlambang singa barong lekuk sebelas dan bersimbul Nagasasra leluk 13.

Kedua keris tersebut dilapisi emas oleh ahli Nugroho Priyo Waskito dari Jogyakarta yang kini dipajangkan di antara 272 bilah keris koleksi Museum Neka.

Ia mengaku sejak "pamasupatian keris pajenengan" di pura Penataran Pande Peliatan, Ubud, 17 Juni 2006, tergerak hatinya untuk melestarikan keris yang merupakan warisan leluhurnya.

"Sejak itu kehidupan yang saya jalani tidak bisa lepas dari keris. Segala hal tentang keris menjadi hal yang menarik," ujarnya.

Ia tak henti-hentinya menimba pengetahuan tentang keris dari pakar-pakar keris di Jawa, antara lain KRHT Sukoyo Hadi Nugroho, yang kini menjadi kurator keris koleksi Museun Neka.

Demikian pula menjadi semakin dekat dengan kalangan perkerisan di Yogyakarta, Surakarta dan Jakarta. Setelah merasa mapan, koleksi museumnya yang semula hanya lukisan dan patung ditambah menjadi koleksi keris sejak empat tahun silam atau 2006 lalu.

Dari 272 koleksi keris yang dipajangkan itu, 19 keris pusaka di antaranya bersejarah dari kerajaan-kerajaan yang ada di Bali, 63 keris garapan empu masa lalu dan selebihnya garapan perajin masa kini, tutur Pande Wayan Suteja Neka.
(I006/A024)

Editor: AA Ariwibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2010