Jakarta (ANTARA News) - Ketua Komite Tetap Bidang UMKM (Usaha Menengah Kecil Mikro) KADIN, Sandiaga Uno, mengatakan penguatan Yuan berpotensi meningkatkan daya saing produk Indonesia.

"Mestinya bagus buat kita karena daya saing dari produk Indonesia bisa meningkat," ujarnya saat ditemui di Kantor Menko Perekonomian, Jakarta, Selasa.

Dengan adanya penguatan Yuan, katanya, berbagai produk China jadi lebih mahal, sehingga barang dan produk Indonesia dapat lebih bersaing.

Meski demikian, menurut dia, produksi ekspor Indonesia juga harus menyesuaikan karena selama ini terbebani biaya produksi yang terlalu tinggi.

"Biaya produksi yang selama ini tinggi, saya rasa harus disiasati," ujarnya.

Ia mengatakan penguatan Yuan dari segi fundamental merupakan suatu keharusan. "Dari segi fundamental, itu keniscayaan karena ekonominya kuat sekali. Jadi kita mesti sikapi kondisi itu," ujarnya.

Sebelumnya, Direktur Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter (DKM) Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menilai penguatan mata uang China (Yuan) akan berdampak positif bagi perekonomian Indonesia terutama di sektor perdagangan.

"Dengan apresiasi Yuan yang lebih cepat dibanding rupiah itu tentu saja akan membuat barang China lebih mahal, sementara harga barang kita ke China lebih murah," ujarnya.

Dunia internasional terus menekan China agar merevaluasi yuan. Beijing bertahan dengan menyatakan bahwa penguatan mata uangnya tidak akan memecahkan berbagai permasalahan hilangnya pekerjaan di AS dan secara konsisten menolak tekanan terhadap masalah itu.

Seperti diketahui, Amerika Serikat dan juga beberapa negara lain menginginkan yuan direvaluasi. Menteri Keuangan Amerika Serikat, Timothy Geithner, pekan lalu mengatakan bahwa penolakan China merevaluasi mata uangnya telah menghalangi reformasi ekonomi global.

China menerapkan rezim nilai tukar mengambang terbatas mulai pertengahan 2005 dan dibekukan pada Juli 2008 pada posisi 6,83 Yuan per Dolar AS.

Tekanan internasional terhadap China semakin menguat dengan rencana dibahasnya kebijakan mata uang kontroversial China akan dibicarakan pada pertemuan puncak negara anggota Kelompok 20 (G20) di Toronto pada 26-27 Juni.(*)

(T.S034/R009)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2010