Sanaa (ANTARA News/Reuters/AFP) - Yaman menahan seorang warga Jerman, seorang Irak dan dua orang lain atas tuduhan terlibat dalam serangan bunuh diri yang gagal terhadap konvoi duta besar Inggris di Sanaa pada April, kata situs kementerian pertahanan, Kamis.

Jaksa menginterogasi keempat orang itu terkait dengan serangan yang menewaskan pelaku pemboman dan mencederai tiga orang itu, kata situs tersebut.

Cabang regional Al-Qaeda yang bermarkas di Yaman mengklaim bertanggung jawab atas pemboman itu, dengan menuduh duta besar itu memelopori perang terhadap muslim di Semenanjung Arab atas nama Inggris.

Yaman mengidentifikasi penyerang bom itu sebagai seorang warga Yaman berusia 22 tahun, yang ayahnya dikabarkan dibebaskan dari penjara tahun ini namun menghilang beberapa pekan sebelum pemboman tersebut.

Situs kementerian pertahanan 26sep.net mengutip sumber-sumber yang mengatakan, tersangka warga Jerman itu adalah putra seorang pengusaha yang menikah dengan orang Yaman dan tinggal di Yaman, namun tidak ada penjelasan terinci mengenai para tersangka lain.

Utusan Inggris Timothy Torlot nyaris celaka dalam pemboman pada 26 April oleh penyerang yang melemparkan dirinya ke arah konvoi dua mobil duta besar tersebut di sebuah jalan di Sanaa ketika rombongan itu mendekati kompleks kedutaan Inggris.

Al-Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP) mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu dalam sebuah pernyataan yang dipasang di situs forum jihad pada 12 Mei, menurut kelompok pemantau AS SITE.

Kelompok itu mengidentifikasi pelaku serangan bom sebagai Othman Nouman al-Salawi dan menunjukkan gambarnya, kata SITE. Polisi telah mengkonfirmasi nama penyerang tersebut.

Keempat tersangka yang diinterogasi itu adalah bagian dari sebuah kelompok yang berencana menyerang fasilitas-fasilitas vital, kata sumber-sumber pengadilan.

Yaman adalah negara leluhur pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden dan hingga kini masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara dan selatan.

Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka.

Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh telah mendesak rakyat Yaman tidak mendengarkan seruan-seruan pemisahan diri, yang katanya sama dengan pengkhianatan.

Negara-negara Barat dan Arab Saudi, tetangga Yaman, khawatir negara itu akan gagal dan Al-Qaeda memanfaatkan kekacauan yang terjadi untuk memperkuat cengkeraman mereka di negara Arab miskin itu dan mengubahnya menjadi tempat peluncuran untuk serangan-serangan lebih lanjut.

Yaman menjadi sorotan dunia ketika sayap regional Al-Qaeda AQAP menyatakan mendalangi serangan bom gagal terhadap pesawat penumpang AS pada Hari Natal.

AQAP menyatakan pada akhir Desember, mereka memberi tersangka warga Nigeria "alat yang secara teknis canggih" dan mengatakan kepada orang-orang AS bahwa serangan lebih lanjut akan dilakukan.

Para analis khawatir bahwa Yaman akan runtuh akibat pemberontakan Syiah di wilayah utara, gerakan separatis di wilayah selatan dan serangan-serangan Al-Qaeda. Negara miskin itu berbatasan dengan Arab Saudi, negara pengekspor minyak terbesar dunia.

Sanaa menyatakan, pasukan Yaman membunuh puluhan anggota Al-Qaeda dalam dua serangan pada Desember.

Kedutaan Besar Inggris di Sanaa juga menjadi sasaran rencana serangan bunuh diri Al-Qaeda yang digagalkan aparat keamanan Yaman pada pertengahan Desember.

Sebuah sel Al-Qaeda yang dihancurkan di Arhab, 35 kilometer sebelah utara ibukota Yaman tersebut, "bertujuan menyusup dan meledakkan sasaran-sasaran yang mencakup Kedutaan Besar Inggris, kepentingan asing dan bangunan pemerintah", menurut sebuah pernyataan yang dipasang di situs 26Sep.net surat kabar kementerian pertahanan.

Selain separatisme, Yaman juga dilanda penculikan warga asing dalam beberapa tahun ini. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2010