Sanaa (ANTARA News) - Bentrokan meletus Jumat antara pasukan keamanan dan kelompok orang bersenjata yang bertahan di sebuah daerah di kota pelabuhan Aden, Yaman bagian selatan, setelah polisi menangkap sekitar 30 orang, kata seorang pejabat keamanan kepada AFP.

Distrik As-Saada ditutup oleh pihak berwenang sejak Kamis larut malam ketika pasukan menggerebek bangunan-bangunan dimana para tersangka yang diyakini terlibat dalam serangan terhadap markas intelijen diduga bersembunyi.

Tujuh personel militer, tiga wanita dan seorang anak tewas dalam serangan Sabtu terhadap markas intelijen yang kata pasukan keamanan dilakukan oleh Al-Qaeda.

Pejabat keamanan yang dihubungi oleh AFP melalui telefon dari Sanaa, ibukota Yaman, mengatakan, terjadi bentrokan di As-Saada, yang terletak di jalan yang menghubungkan Aden dengan provinsi berdekatan Abyan, yang diduga sebagai tempat asal penyerang-penyerang Sabtu.

"Sejauh ini sekitar 30 orang ditangkap" dalam kaitan dengan serangan terhadap kantor intelijen itu, kata sumber yang tidak bersedia disebutkan namanya itu.

Serangan mematikan Sabtu itu tampaknya dimaksudkan untuk membebaskan tahanan, namun pihak berwenang mengatakan bahwa tidak ada tahanan di dalam bangunan tersebut pada saat itu.

Beberapa saksi mengatakan, penyerang terlihat meninggalkan bangunan tersebut dengan sebuah bis dan membawa orang-orang yang ditahan di sana, dalam serangan yang tampaknya terkoordinasi dan terencana dengan baik.

Tidak ada korban jatuh di pihak penyerang, kata para saksi itu.

Minggu, situs berita kementerian pertahanan mengumumkan penangkapan dalang serangan Al-Qaeda terhadap markas intelijen di kota wilayah selatan, Aden, yang menewaskan 11 orang, dan mengidentifikasi tersangka sebagai Goudol Mohammed Ali Naji.

Yaman adalah negara leluhur pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden dan hingga kini masih menghadapi kekerasan separatis di wilayah utara dan selatan.

Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka.

Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh telah mendesak rakyat Yaman tidak mendengarkan seruan-seruan pemisahan diri, yang katanya sama dengan pengkhianatan.

Negara-negara Barat dan Arab Saudi, tetangga Yaman, khawatir negara itu akan gagal dan Al-Qaeda memanfaatkan kekacauan yang terjadi untuk memperkuat cengkeraman mereka di negara Arab miskin itu dan mengubahnya menjadi tempat peluncuran untuk serangan-serangan lebih lanjut.

Yaman menjadi sorotan dunia ketika sayap regional Al-Qaeda AQAP menyatakan mendalangi serangan bom gagal terhadap pesawat penumpang AS pada Hari Natal.

AQAP menyatakan pada akhir Desember, mereka memberi tersangka warga Nigeria "alat yang secara teknis canggih" dan mengatakan kepada orang-orang AS bahwa serangan lebih lanjut akan dilakukan.

Para analis khawatir bahwa Yaman akan runtuh akibat pemberontakan Syiah di wilayah utara, gerakan separatis di wilayah selatan dan serangan-serangan Al-Qaeda. Negara miskin itu berbatasan dengan Arab Saudi, negara pengekspor minyak terbesar dunia.

Sanaa menyatakan, pasukan Yaman membunuh puluhan anggota Al-Qaeda dalam dua serangan pada Desember.

Kedutaan Besar Inggris di Sanaa juga menjadi sasaran rencana serangan bunuh diri Al-Qaeda yang digagalkan aparat keamanan Yaman pada pertengahan Desember.

Sebuah sel Al-Qaeda yang dihancurkan di Arhab, 35 kilometer sebelah utara ibukota Yaman tersebut, "bertujuan menyusup dan meledakkan sasaran-sasaran yang mencakup Kedutaan Besar Inggris, kepentingan asing dan bangunan pemerintah", menurut sebuah pernyataan yang dipasang di situs 26Sep.net surat kabar kementerian pertahanan.

Selain separatisme, Yaman juga dilanda penculikan warga asing dalam beberapa tahun ini.(*)

M014/AR09

Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2010