Yapen, Papua (ANTARA News) - Sudah lebih dari sepuluh hari masyarakat di Kepulauan Yapen dan sekitarnya menderita akibat guncangan gempa.

Berdasarkan data dari Pemerintah Provinsi Papua, ada sekitar 6.000 rumah yang rusak setelah gempa tektonik berkekuatan 6,2 dan 7,1 skala Richter menggoyang beberapa wilayah di negeri ufuk timur itu pada 16 Juni 2010.

Namun demikian, perhatian yang mereka dapatkan sungguh tidak sepadan dengan penderitaan yang harus mereka tanggung.

Bantuan berupa beras dan mie instan baru mereka terima seadanya, bahkan sebagian besar korban gempa belum mendapatkan pasokan air bersih, obat-obatan dan tenda darurat untuk mengungsi.

Padahal, ada ribuan warga yang kehilangan rumahnya, serta seluruh harta bendanya, tanpa sisa, akibat bencana.

Namun demikian, seakan-akan perhatian publik belum berpihak kepada mereka.

Persoalan gempa di Kepulauan Yapen dan sekitarnya kalah saingan dengan sorotan publik yang begitu kuat terhadap perhelatan Piala Dunia dan kasus video mesum yang diduga mirip artis.

Hal itu membuat duka warga di belahan utara Papua itu tidak begitu terangkat ke permukaan sehingga masih banyak mereka di wilayah Indonesia lainnya yang tidak mengetahui bahwa ada ribuan manusia yang membutuhkan sekedar perhatian.

Yopi Tabai (50) merupakan salah satu contoh korban gempa di Desa Kainui I, Angkaisera Kepulauan Yapen, Papua.

Ia dan keluarganya harus mengungsi di tenda darurat yang didirikan di samping rumahnya yang rusak sedang akibat gempa.

Tenda darurat tersebut dibangun seadanya dari terpal dan kain-kain sehingga kerap bocor kala hujan turun.

Padahal, salah satu anggota keluarga Yopi adalah bayi berusia empat bulan bernama Abraham.

Abraham terpaksa harus ikut tidur di tenda darurat meskipun guyuran hujan dan gigitan nyamuk mengancam kesehatan bayi tersebut.

Kondisi serupa keluarga Yopi juga dialami hampir seluruh penduduk di Desa Kainui I.

Kepala Desa Kainui I, Fredik Tabai mengatakan sekitar 125 kepala keluarga di desanya terpaksa tidur di tenda darurat di dekat rumah mereka masing-masing yang rusak akibat gempa. Kerusakan mulai rusak ringan hingga berat.

"Sebagian dari mereka ada yang rumahnya hanya rusak ringan tapi belum berani tidur di dalam rumah karena masih sering terjadi gempa susulan," katanya.

Untuk itu, Fredik berharap pemerintah segera memberikan bantuan untuk membangun kembali rumah mereka yang rusak akibat gempa.

Selain di Kainui, kondisi memprihatinkan juga terjadi di wilayah pesisir di Kampung Sarawandori, Distrik Kosiwo, Kepulauan Yapen. Di sini ratusan rumah rusak dan sebagian di antaranya hanyut ke laut akibat guncangan gempa.

Kondisi diperparah dengan putusnya aliran listrik ke daerah tersebut.

Akibatnya, warga mendirikan tenda-tenda darurat ke lahan-lahan kosong yang berada di pinggiran bukit tidak jauh dari tempat tinggal mereka.

Rumah-rumah mereka yang sebagian besar berbahan dasar kayu itu tidak bisa lagi ditempati.

Ditambah lagi, gempa susulan yang terus menerus terjadi mengakibatkan warga pesisir takut terjadi tsunami dan memilih tinggal di pinggiran bukit.

Salah seorang warga yakni Minase Yapanane (51) mengatakan, ia kehilangan rumah dan seluruh harta bendanya.

"Saya kehilangan televisi sampai ijazah sekolah anak-anak," katanya seraya menambahkan ia dan keluarganya mengungsi di atas bukit bersama beberapa kerabat.

Pria berkulit legam dengan baju robek di beberapa bagian itu mengaku cukup lega karena sementara ini tidak kelaparan karena telah menerima bantuan beras dari pemerintah daerah meskipun datangnya sedikit terlambat.

Namun, ia mengaku warga kampungnya membutuhkan lebih dari itu.

"Saat ini selain bahan makanan warga juga membutuhkan obat-obatan, air bersih, serta tenda darurat yang lebih layak," katanya.


Bantuan Pemerintah Pusat

Sementara itu, Asisten III Sekretariat Daerah Kabupaten Kepulauan Yapen Alex Kiriweno yang tengah berada di lokasi bencana mengatakan, pihaknya akan segera melakukan tahap rehabilitasi dan rekonstruksi atau pembangunan kembali di wilayah itu.

Cerita warga dari Kainui dan Sarawandori hanya sebagian kecil dari kumpulan cerita memprihatinkan dari para korban gempa.

Dan kondisi memprihatinkan itu memerlukan perhatian publik termasuk pemerintah.

Dan, mereka boleh sedikit berlega hati karena Pemerintah Pusat telah memberikan dana sebesar Rp1 miliar untuk membantu meringankan penderitaan masyarakat korban gempa.

Bantuan dari Pemerintah Pusat itu diserahkan langsung oleh Menteri Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat, Agung Laksono di Distrik Angkaisera, Kabupaten Kepulauan Yapen.

Kedatangan Agung Laksono selain untuk memberikan bantuan, juga untuk meninjau langsung lokasi gempa di Distrik Angkaisera, Kabupaten Kepulauan Yapen yang menjadi salah satu wilayah paling parah akibat gempa.

Menko Kesra mengharapkan, bantuan dari pemerintah dibagi dua yakni Rp500 juta untuk Kabupaten Kepulauan Yapen dan Rp500 juta untuk Kabupaten Waropen.

Menteri mengatakan, dana tersebut bisa dipergunakan untuk keperluan masyarakat selama masa tanggap darurat yang akan berakhir pada tanggal 14 Juli 2010.

Kedatangan menteri dan janji-janji pemerintah itu diharapkan oleh warga bisa kembali mencerahkan tanah subur di negeri ufuk timur yang tengah mendung.

Gempa pada Rabu, 16 Juni 2010 itu, dampaknya sangat terasa di Serui, Kabupaten Kepulauan Yapen, Kabupaten Waropen dan Kabupaten Biak Numfor.
(W004/K004)

Oleh Oleh Wuryanti Puspitasari
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2010