Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengatakan negara-negara G20 termasuk Indonesia perlu menciptakan pertumbuhan yang kuat, berkelanjutan dan seimbang, yang didukung fundamental yang kuat dan inklusif.

"Dalam forum G20 disepakati kita perlu melakukan upaya recovery, dengan menciptakan lapangan pekerjaan berkualitas, reformasi penguatan sistem finansial, memperbaiki sistem keuangan, dan menciptakan pertumbuhan kuat, sustainable dan balances agar negara-negara G20 bisa tumbuh dengan baik," ujarnya dalam konferensi pers mengenai hasil G20 di Gedung Kementerian Keuangan, Jakarta, Rabu.

Ia juga menyatakan sebagian besar negara-negara G20 juga menginginkan adanya pertumbuhan ekonomi yang seimbang antar kawasan serta memperhatikan aspek kesinambungan dalam pengelolaan konsolidasi fiskal dan lingkungan.

"Saya melihat diskusi dan pujian beberapa negara yang mengumumkan inisiatif  sebelum adanya forum ini, seperti Inggris yang menyampaikan rencana belanja pemerintah di anggaran dan penghematan pajak, Jepang melakukan upaya sama dan negara tertentu mengambil inisiatif pertumbuhan sehat dengan mengurangi defisit anggaran dan total utang," ujarnya.

Ia menambahkan juga telah disusun rencana aksi dan program kebijakan yang akan dikoordinasikan oleh negara-negara  G20 yang apabila diimplementasikan jangka panjang akan meningkatkan ekonomi global sebesar 4 triliun dolar AS, menciptakan 52 juta lapangan pekerjaan, membawa 90 juta orang keluar dari kemiskinan serta pengurangan ketimpangan antar negara maju dan berkembang (global imbalances).

Dalam forum itu juga dilakukan pembahasan mengenai konsolidasi fiskal yang kredibel untuk mengurangi defisit anggaran dan ratio utang negara maju ke tingkat aman, akibat adanya tekanan fiskal di negara-negara maju yang berisiko memunculkan sistem keuangan global, serta pemberian stimulus yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing negara.

"Kita mendengar kesepakatan negara-negara maju untuk mengurangi defisit anggaran (budget) hingga 50 persen pada 2013 dan penurunan tajam ratio terhadap PDB pada 2016, sedangkan pemberian stimulus juga dibahas umumnya untuk pembangunan infrastruktur, social safety net dan upaya memperkuat ekonomi domestik," ujarnya.

Ia mengharapkan pembahasan mengenai hasil Toronto akan dibahas kembali pada pertemuan November mendatang di Seoul, termasuk kemungkinan untuk mereformasi kembali lembaga keuangan multilateral internasional, seperti Bank Dunia dan IMF untuk melibatkan negara berkembang, meningkatkan permodalan dan lebih aktif dalam pembiayaan negara yang kesulitan ekonomi dan memerlukan dukungan.

"Yang lain kita mengharapkan komitmen untuk mencapai target MDG's, pembentukan sistem regulasi untuk menghindari praktek tax haven countries, serta anti-money laundring yang harus dilaporkan dan pengembalian harta yang dicuri (stolen asset recovery program)," ujarnya. (S034/B012) 

Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2010