Jakarta (ANTARA News) - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) meminta kasus ledakan tabung gas yang telah menelan sejumlah korban, baik meninggal maupun terluka, ditanggapi serius oleh pemerintah dan pihak terkait.

"Kalau berbicara soal nyawa, tak ada toleransi terhadap satu korban nyawa pun," kata Ketua PBNU, Muhammad Maksum, di Jakarta, Jumat.

Selama tiga tahun konversi bahan bakar dari minyak tanah ke gas sudah terjadi 189 kasus ledakan, yakni 61 kali di tahun 2008, 50 kali di tahun 2009, dan sampai pertengahan tahun 2010 ini sudah terjadi 79 kasus.

Dari jumlah kasus tersebut, terdapat sejumlah nyawa melayang selain cacat fisik yang harus ditanggung seumur hidup.

PBNU berharap pemerintah tidak menyelesaikan persoalan ini sepotong-sepotong, tetapi harus dilakukan upaya pemetaan persoalan secara komprehensif, baik dari aspek teknis maupun sosial.

Berbagai kelemahan yang ada harus segera diperbaiki secara tuntas agar tidak menimbulkan korban yang lebih banyak.

"Belum-belum pemerintah sudah mengganti selang, apa benar persoalannya hanya di situ saja," katanya.

Menurut dia, kelayakan teknis dan kultural menjadi prasyarat bagi sebuah kebijakan, tidak terkecuali berkenaan dengan konversi bahan bakar gas, yang memiliki implikasi teknis, struktural, kultural, maupun aspek moralitasnya.

"Sebagai NU kita mengingatkan betul ada potensi moral hazard yang bukan main di sana," kata Maksum.

Keprihatinan NU, lanjutnya, terutama terkait dengan kepentingan sosiokultural karena yang menjadi "korban" kebijakan konversi bahan bakar sebagian besar merupakan warga NU.

"Jangan sampai berbagai kelemahan ini dimanfaatkan oleh para broker untuk kepentingan ekonomi dengan mengorbankan nyawa rakyat," katanya.
(T.S024/S006/P003)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2010