Jakarta (ANTARA News) - Tim tenis putra Indonesia tertinggal 1-2 dari regu tamu Thailand pada pertandingan babak kedua Grup II zona Asia Oceania kejuaraan tenis beregu putra Piala Davis.

Ganda terbaik Indonesia, Christoper Rungkat/Ketut Nesa Artha, ditaklukkan ganda terbaik Thailand, Sonchat Ratiwatana/Sanchai Ratiwatana, 6-7 (2), 6-4, 6-4, 6-3 di Stadion Tenis Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu malam.

Pertandingan Christo/Nesa melawan Sonchat/Sonchai berlangsung sengit disaksikan sekitar 500 penonton yang kebanyakan pendukung tim Indonesia. Christo/Nesa tampil solid di game pertama dan terus memimpin dalam perolehan angka sehingga menang 6-7 (2).

Pada set kedua pasangan Indonesia tetap tampil solid sampai kedudukan imbang 3-3 di game keenam. Permainan Christo/Nesa mulai memburuk setelah terjadi insiden di game ketujuh. Waktu itu bola forehand Sonchai yang jatuh tipis di luar garis base line lapangan

Indonesia dinyatakan masuk keluar oleh penjaga garis. Hal ini menyulut protes pemain Thailand sehingga wasit yang memimpin pertandingan dari Indonesia, Dedy Adi Nugroho, membatalkan putusan itu dan menyatakan bola masuk.

Christo dan Nesa yang melihat bola itu tipis di luar garis ganti menyatakan protes. Sempat terjadi adu argumeni antara Christo/Nesa dan kapten tidak bermain tim Indonesia, Surya Wijaya, dengan wasit.

Namun wasit Indonesia yang didukung wasit asal Ubekistan, Andrey Kornilov, bergeming dan menyatakan bola Sonchai masuk.

Keputusan wasit itu berdampak puruk pada permainan tim Indonesia. Emosi Christo dan Nesa naik sehingga mereka kemudian melakukan banyak kesalahan sendiri. Satu di antaranya pukulan dropshot silang Nesa nyangkut di net dan servis Christo dipatahkan.

"Terus terang kejadian itu berdampak sangat buruk pada penampilan kami, karena kami yakin akan dapat memenangkan set kedua ini setelah unggul di set pertama. Kejadian itu seperti terus melekat di kepala saya sehingga saya membuat sejumlah kesalahan sendiri," tutur Christo terus-terang.

Satu di antara kesalahan yang dibuat Christo setelah insiden itu terjadi pada game kesepuluh. Bola di atas net yang semestinya dapat dengan mudah dipukul dengan voli malah dia pukul datar dan jatuh di belakang lapangan lawan. Set kedua tersebut kemudian menjadi milik ganda Thailand.

"Kami sempat mendominasi sejak pertama hingga kedudukan 3-3 di set kedua. Insiden yang menguntungkan ganda Thailand tersebut membuat mereka lepas dari tekanan kami. Anda tahu ketika pemain peringkat seratusan dunia lepas dari tekanan, mereka sulit dibendung," kata Christo.

Pada set ketiga dan keempat ganda Thailand tersebut terus memimpin dalam perolehan angka dan akhirnya tampil sebagai pemenang.

"Sebetulnya kami memiliki sejumlah peluang untuk meraih poin, namun sayangnya kami gagal memanfaatkannya perutama pada poin-poin kritis yang semestinya kami menangkan. Kejadian seperti ini sebetulnya telah menjadi masalah pemain-pemain kita dari dulu. Menurut saya hal ini terjadi karena kurangnya rasa percaya diri akibat rendahnya frekwensi mengikuti turnamen-turnamen Internasional," tutur Christo.

Menurut Christo, kepercayaan diri menjadi modal utama seorang petenis untuk memenangkan pertandingan, terutama bila terjadi poin-poin kritis.

"Kepercayaan diri ini dapat dibangun dengan mengikuti turnamen internasional sebanyak mungkin dan latihan yang baik," kata Christo.

Sementara itu Nesa secara terbuka mengakui kalah kelas dari ganda Thailand tersebut.

" Kalau saya pribadi merasa kalah kelas dari mereka. Mereka lebih siap karena mereka terasah melalui berbagai turnamen internasional, termasuk di Grand Slam Wimbledon baru-baru ini. Di sisi lain saya sangat kurang mengikuti turnamen internasional. Sebelum tampil pada Piala Davis ini saya hanya mengikuti dua turnamen futures di Tarakan dan Tegal," Nesa menuturkan.

Sementara itu, Sonchai dan Sonchat menyatakan sempat kesulitan menjinakkan Christo/Sunu pada set pertama. Setelah memenangkan set kedua, Sochat mengaku baru dapat bermain leluasa sebagaimana biasanya.

"Keyakinan kami bakal memenangkan pertandingan ini muncul setelah kami memenangkan set kedua. Set ketiga menjadi lebih mudah bagi kami setelah permainan kami kembali ke level terbaik kami. Pada set keempat penampilan kami agak menurun sebelum kemudian naik lagi sehingga menambah optimisme kami memenangkan pertandingan ini," ujar Sonchai.

Dengan hasil ini tim Indonesia harus merebut dua angka pada dua nomor tunggal yang dipertandingkan Minggu sore dan malam. Pada pertandingan pertama Christo menghadapi Doakmaiklee, dan pada pertandingan kedua Sunu melawan Weerapat Doakmaiklee.

Pemenang pertandingan ini selanjutnya berhak maju ke babak final Grup II Asia Oceania melawan pemenang pertandingan regu Selandia Baru melawan Pakistan. Pertemuan tim Indonesia dengan regu Thailand di Piala Davis ini merupakan yang kelima kalinya. Pada empat kali pertemuan terdahulu kedua tim membagi angka imbang 2-2. Dua kemenangan Indonesia atas Thailand terjadi di Jakarta tahun 1976 dan 1998. (PSO-133/K004)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2010