Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengucapkan belasungkawa atas wafatnya KH. Idham Chalid, mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan mantan Ketua DPR/MPR.

"Presiden turut berduka dan mengucapkan belasungkawa sedalam-dalamnya," kata Juru Bicara Kepresidenan, Julian Aldrin Pasha kepada ANTARA News di Jakarta, Minggu.

Julian mengatakan, Kepala Negara memberikan penghargaan sebesar-besarnya kepada almarhum atas jasa-jasa selama hidup.

Presiden Yudhoyono juga menyatakan, Idham Chalid adalah tokoh nasional yang memberikan sumbangan besar di bidang politik, keagamanaan, dan pendidikan di Indonesia.

"Beliau adalah tokoh bangsa, tokoh masyarakat yang banyak berkontribusi terhadap kemajuan bangsa dan negara," kata Julian.

Sampai pukul 12.00 WIB, kata Julian, Presiden belum dijadwalkan untuk melayat ke rumah duka. Namun demikian, agenda kegiatan Presiden bisa berubah setiap saat.

Julian juga menegaskan, pihak Istana Kepresidenan berencana untuk menelpon Saiful Hadi yang juga putera almarhum untuk menyampaikan belasungkawa dan membahas beberapa hal teknis.

Secara terpisah, Saiful Hadi, mengemukakan bahwa almarhum menghembuskan napas terakhir Minggu pukul 08.00 WIB di rumah duka di Pesantren Daarul Maarif, Cipete, Jakarta Selatan.

"Ayah meninggal tadi pagi pukul 08.00 WIB. Mohon doanya, semoga amal ibadahnya diterima Allah SWT," kata Saiful Hadi yang juga Direktur Pemberitaan/Pemimpin Redaksi Perum LKBN ANTARA.

Saiful mengatakan, pihak keluarga sudah bermusyawarah mengenai pemakaman sang ayah.

"Jenazah almarhum akan dimakamkan di Bogor, tepatnya di Pesantren Darul Quran, Cisarua, Senin," katanya.

Pesantren Darul Quran merupakan lembaga pendidikan Islam yang dikelola keluarga K.H. Idham Chalid. Dia juga mengembangkan Pesantren Daarul Maarif yang lokasinya berada di sebelah kediamannya di Cipete Jakarta Selatan.

Idham Chalid dilahirkan pada 27 Agustus 1922 di Setui, dekat Kecamatan Kotabaru, Hulu Sungai Tengah, sekitar 200 km dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan (Kalsel).

Pemakaman Idham pada Senin karena sebagian putra-putri dan sanak familinya tinggal di Kalsel maupun berbagai daerah lain di Tanah Air.

Semasa hidup, sebagian besar kiprah Idham dihabiskan di panggung politik. Bahkan, sejak usia remaja, Idham sudah bersentuhan dengan politik melalui keterlibatannya di Nahdlatul Ulama (NU) yang saat itu sebagai salah satu partai politik (parpol) terbesar pemenang pemilu.

Panggung politik telah membesarkan nama Idham. Semasa hidup dia pernah diberi sejumlah amanat besar, yaitu sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) 1956-1984, Ketua DPR/MPR RI 1972-1977, dan sejumlah jabatan lain.

Selain itu, Idham juga tercatat sebagai tokoh pendiri Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Setelah tidak lagi terlibat di dunia politik, Idham mengabdi melalui jalur pendidikan dengan mengembangkan Pesantren Daarul Maarif di Cipete Jakarta dan Pesantren Darul Quran di Cisarua Bogor.

Sejak tahun 1999, kesehatan Idham menurun drastis menyusul serangan jantung dan stroke, yang membuatnya terbaring tak berdaya di atas tempat tidur hingga menghembuskan napas terakhir, Minggu.

"Kami mohon almarhum didoakan dan mohon dimaafkan bila semasa hidupnya pernah melakukan kesalahan," kata Saiful Hadi.
(T.F008/P003)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2010