Jakarta (ANTARA News) - Senin 12 Juli 2010 dini hari WIB, dunia akan memiliki anggota kedelapan klub elite pemegang titel juara dunia sepakbola, antara Spanyol dan Belanda.

Mereka adalah dua bangsa pesepakbola terbesar yang tak pernah memenangi Piala Dunia dengan Belanda menjadi satu-satunya tim yang memenangi semua laga putaran final, sementara Spanyol menjadi tim terbaik di dunia dalam dua tahun terakhir. "Mereka pantas ke final," tulis kolumnis Sport Illustrated Grant Wahl (7/7).

Pertemuan mereka sarat sejarah, tak saja karena ini pertemua pertama mereka di turnamen besar, namun juga karena mereka adalah Juara Eropa yang tak pernah menyandang predikat Juara Dunia.

Piala Dunia kali ini memang mencatat banyak sejarah, seperti tersisihnya dua juara dunia Prancis dan Italia langsung di penyisihan grup, sementara final kali ini adalah juga pertama tanpa melibatkan Brazil, Argentina, Italia dan Jerman.

Saat Inggris Juara Dunia 1966, Jermanlah yang mereka hadapi. Begitu pula, ketika Prancis Juara Dunia 1998, Brazil adalah lawannya.

Piala Dunia 2010 juga adalah proklamasi kejayaan rezim sepakbola menyerang yang bahkan sudah dimaklumatkan ketika tim-tim defensif Italia, Swiss dan Yunani, angkut koper lebih awal.

Pertemuan Spanyol dan Belanda tak pelak menjadi pernyataan untuk era agung sepakbola menyerang, selain sebuah manifestasi dari suksesnya regenerasi sepakbola karena banyaknya tim-tim berintikan pemain muda menoreh sukses di laga ini.

Legenda Prancis Michel Platini bahkan menyebut sukses Spanyol dan Belanda, serta Jerman, adalah sukses regenerasi. "Ini bukti menangnya permainan indah yang menekankan sepakbola menyerang. Ini adalah buah dari usaha jangka panjang dari tiga asosiasi sepakbola yang berinvestasi pada pendidikan dan pelatihan," kata Platini seperti dikutip Guardian (7/7).

Lantas, siapakah dari yang indah itu yang menjadi juara dunia?


Belanda

Pada 1651, pria Belanda Jan van Riebeeck menjadi orang Eropa pertama yang mendarat di Afrika Selatan. Sekarang, negara Eropa pertama yang lolos prakualifikasi Piala Dunia 2010 ini berharap menaklukkan lagi Afrika.

"Sukses 100 persen di babak kualifikasi, hanya kemasukkan dua gol, dan diisi talenta-talenta kelas dunia seperti Robin van Persie, Wesley Sneijder, dan Arjen Robben membuat Oranje menjadi penantang serius," tulis Sport Illustrated (7/7).

Ini final ketiga Belanda setelah 1974 dan 1978, dan mereka tak mau gagal tiga kali. "Kami amat dekat untuk mencatat sejarah. Kini, kami harus memenangkannya," kata pemain bertipe pekerja keras yang tidak egois dan menjunjung kerja tim, Dirk Kuyt.

Kendati tak sehebat "total football" era 1970an pimpinan Johan Cruyff, skuad sekarang yang juga dipenuhi pemain berbakat, siap menyamai rekor Brazil pada 1970, menjadi juara dunia tanpa sekali pun kalah.

Mereka, sebut ESPN, memiliki trio maut Robin van Persie, Arjen Robben dan Wesley Sneijder, selain dilengkapi tujuh "seniman" lain yang diajari "cara Belanda" dan legowo perannya berkurang, tapi siap bekerja keras.

Seperti Cruyff mengkritik Marco van Basten karena mengubah formasi suci 4-3-3 menjadi 4-2-3-1 pada Piala Eropa 2008, Bert van Marwijk juga dikritik meninggalkan "Total Football."

"Cara Barcelona bermain melawan Arsenal (di Liga Champions lalu) adalah permainan terbaik yang saya saksikan. Bagi saya hasil tidak penting karena sebagai orang luar saya menikmati laga seperti itu. Tapi, ketika Anda terlibat langsung di dalamnya, hasil adalah tujuan," tegasnya.

Van Marwijk optimistis segalanya berjalan manis karena percaya komposisi timnya tak kalah hebat dari tim Oranje sebelumnya.

Kualitas Mark van Bommel, Nigel de Jong dan Dirk Kyut, mungkin kalah kelas dari Marc Overmars, Edgard Davids, dan Dennis Bergkamp, tapi mereka tetap mematikan.

Tumpuan Belanda kini adalah para pekerja keras seperti Kyutt yang menjadi penyeimbang bagi barisan depan Belanda, dan duet Van Bommel - De Jong yang walau bukan pengumpan murni, namun piawai merusak permainan lawan.

Ketiganya bersanding dengan Sneijder si kreatif yang mengantar Inter Milan menjuarai Coppa Italia, Serie A dan Liga Champions.

Dengan kelengkapan seperti itu, Belanda berpeluang memupus trauma 1974 dan 1978, kendati tak lagi menggunakan "Total Football" murni.

Formasi klasik Belanda 4-3-3 memang bertahan lama, namun permainan sekarang yang cenderung mengandalkan pemain spesialis membuat formasi itu harus dimodifikasi. Van Basten bahkan mengatakan, sepakbola tak hanya soal menyerang, bertahan, atau mengikuti pola lama Cruyff.

"Masa itu sudah lewat," kata mantan striker Real Madrid, Ruud van Nistelrooy, seperti dikutip Guardian (8/7).


Spanyol

Ketika mengubah formasi 4-4-2 menjadi 4-2-3-1 dengan mengisikan Pedro di posisi Fernando Torres saat melawan Jerman, Spanyol menjadi amat perkasa.

Dua bek murni Carlos Puyol dan Gerard Pique menjadi lebih leluasa membantu serangan, sementara Jerman yang menggulung Argentina di perempatfinal, mati kutu tidak bisa mengembangkan permainan.

"Jerman sulit melakukan serangan balik melawan tim yang bertahan begitu tangguh dan menyerang bagai kamikaze (pasukan berani mati Jepang pada PD II)," tulis John Brewin dalam ESPN Online (7/7).

Sedangkan pelatih Jerman Joachim Low mengakui Spanyol menyalurkan bola amat baik dan sulit sekali direbut karena para pemain Spanyol ahli mengumpan, bermain sangat tenang dan amat meyakinkan.

"Pada 2008 mereka memenangi Kejuaraan Eropa dengan cara amat meyakinkan dan mereka tak berubah selama dua atau tiga tahun terakhir. Saya yakin mereka akan meraih titel Juara Dunia," kata Loew.

Pers Spanyol menyebut lolosnya negara mereka sebagai buah permainan elegan dari sebuah rezim sepakbola menyerang.

Harian El Mundo bahkan yakin Spanyol bakal mengikuti jejak Brazil 1970, pertama kali ke final dan langsung juara.

"Spanyol 2010 akan segera menjadi bahan pembicaraan karena mengonversi olahraga menjadi seni menawan yang diperagakan pemain-pemain seperti Xavi, (Andres) Iniesta, (Xabi) Alonso dan para penyihir lainnya," tulis El Mundo.

Tulang punggung Spanyol adalah formasi tengahnya yang solid sehingga struktur tim terbentuk jelas.

"Jika satu tim memiliki struktur, maka bakat individu pun bersinar dengan mudah. Kami diberkati oleh para pemain hebat dan itu membuat segalanya menjadi mulus," kata pelatih Spanyol Vicente del Bosque.

Dia berjanji untuk terus menguasai bola saat melawan Belanda nanti. "Itulah yang membuat kami menang," katanya.

Inspirator Spanyol yang jenderal lapangan tengah Xavi Hernandes berjanji tak akan mengubah metode, sementara bek serba bisa Gerard Pique mengungkapkan timnya terus membaik setelah dikalahkan Swiss di penyisihan grup.

Namun kepada BBC, Pique mengkhawatirkan Oranje. "Belanda mempunyai banyak pemain bagus, Robben, Van Persie, Sneijder. Kami harus menghentikan mereka, tapi saat bersamaan kami mesti memainkan gaya kami, menguasai bola dan mencetak gol," katanya. (*)
(AR09/R009)

Oleh Oleh Jafar M Sidik
Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2010