Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dijadwalkan melayat KH Idham Chalid, mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dan mantan Ketua DPR/MPR di rumah duka pada Senin (12/7).

"Benar, Bapak Presiden dijadwalkan melayat di rumah duka besok," kata Juru Bicara Kepresidenan Julian Aldrin Pasha kepada ANTARA di Jakarta, Minggu malam.

Julian mengatakan, Presiden dijadwalkan tiba di rumah duka di kawasan Cipete, Jakarta Selatan, pukul 08.00 WIB.

Menurut Julian, untuk sementara agenda Presiden di rumah duka adalah untuk melayat. Julian belum mendapat informasi resmi tentang rencana acara serah terima jenazah dari pihak keluarga kepada negara.

Informasi dari pihak keluarga menyebutkan, Presiden akan melayat di rumah duka pada pukul 08.00 WIB.

Acara serah terima jenazah dari pihak keluarga kepada negara juga akan dilakukan di rumah duka dan dipimpin oleh Menteri Sosial Salim Segaf Al Jufri.

Setelah itu, jenazah akan diberangkatkan ke Pesantren Darul Quran, Cisarua, untuk dikebumikan. Pemakaman dilakukan dengan upacara kenegaraan dengan inspektur upacara Menko Kesra Agung Laksono.

Berdasar pantauan, sampai dengan Minggu malam, sejumlah tokoh nasional melayat di rumah duka. Wakil Presiden Boediono juga dijadwalkan melayat.

Idham Chalid menghembuskan napas terakhir Minggu pukul 08.00 WIB di rumah duka di Pesantren Daarul Maarif, Cipete, Jakarta Selatan karena sakit.

Semasa hidup, sebagian besar kiprah Idham dihabiskan di panggung politik. Bahkan, sejak usia remaja, Idham sudah bersentuhan dengan politik melalui keterlibatannya di Nahdlatul Ulama (NU) yang saat itu sebagai salah satu partai politik (parpol) terbesar pemenang pemilu.

Panggung politik telah membesarkan nama Idham. Semasa hidup dia pernah diberi sejumlah amanat besar, yaitu sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) 1956-1984, Ketua DPR/MPR RI 1972-1977, dan sejumlah jabatan lain.

Selain itu, Idham juga tercatat sebagai tokoh pendiri Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Setelah tidak lagi terlibat di dunia politik, Idham mengabdi melalui jalur pendidikan dengan mengembangkan Pesantren Daarul Maarif di Cipete Jakarta dan Pesantren Darul Quran di Cisarua Bogor.

Sejak tahun 1999, kesehatan Idham menurun drastis menyusul serangan jantung dan stroke, yang membuatnya terbaring tak berdaya di atas tempat tidur hingga menghembuskan napas terakhir, Minggu.(F008*R018*S03/R010)

Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2010