Solo (ANTARA News) - Seniman musik Indonesia, Dwiki Dharmawan mengatakan, "Solo International Contemporary Ethnic Music" (SIEM) 2010 yang diselenggarakan di Kota Solo, Jawa Tengah pada 7 hingga 11 Juli 2010, telah meninggalkan jejak keragaman musik di dunia.

"Keragaman yang ditujukan melalui berbagai kolaborasi musik etnik dari berbagai negara, seperti Indonesia, Singapura, Zimbabwe, Yordania, serta Cina menunjukkan bahwa musik adalah sesuatu yang universal," kata Dwiki yang juga menjadi kurator pada acara tersebut, di Solo, Senin.

Acara yang menampilkan 22 delegasi dari lima negara, telah memberikan kesan tersendiri bagi masyarakat yang menyaksikan, terutama bagi masyarakat Solo yang dikenal memiliki apresiasi tinggi pada kesenian.

Menurutnya, jejak keragaman musik yang ditampilkan dalam sebuah pertunjukan tersebut seharusnya dapat menjadi sumber inspirasi bagi generasi muda Indonesia, terutama pelaku seni musik, untuk lebih kreatif dalam berkreasi.

"Melihat antusiasme masyarakat yang tinggi dalam mengapresiasi penampilan kelompok-kelompok musik yang tampil, saya menilai SIEM 2010 mampu mencapai tujuan tersebut," kata dia.

Namun, lanjutnya, masih banyak hal yang harus dibenahi dalam penyelenggaraan SIEM berikutnya agar tujuan tersebut dapat tercapai secara maksimal.

"Dalam penyelenggaraan sebuah festival musik, terutama musik etnik kontemporer seperti SIEM ini, perlu dipersiapkan secara matang pada berbagai aspek," kata Dwiki.

Menurutnya, SIEM 2010 sendiri masih belum berada dalam kondisi ideal untuk sebuah penyelenggaraan festival musik.

"Penataan artistik lokasi acara, seperti panggung, tata lampu, properti penghias panggung, serta tempat penonton, belum tergarap secara maksimal dalam penyelenggaraan SIEM 2010," kata dia.

Selain itu, lanjutnya, masalah lokasi yang dinilai kurang memperhatikan bentuk antisipasi terhadap kondisi cuaca, seperti turunnya hujan, juga belum menjadi hal yang digarap oleh panitia.

"Semua itu tentu saja berpengaruh pada tujuan dari penyelenggaraan festival musik itu sendiri. Belajar dari penyelenggaraan festival sejenis di negara lain menjadi hal yang berarti untuk menciptakan SIEM yang lebih baik di tahun-tahun berikutnya," kata dia.

Dwiki mencontohkan penyelenggaraan festival serupa di Vienna (Swiss), Berlin (Jerman) dan Edinburg (Amerika Serikat) sebagai festival yang sangat memperhatikan berbagai aspek pendukung sebuah festival musik.

Tak hanya yang disebutkan tadi, dia juga menambahkan, hal-hal lain, seperti tata letak tempat bagi , lampu, pengeras suara, fotografer, maupun kameramen juga menjadi hal yang penting.

Jika semua itu telah tercapai, dia mengatakan, langkah selanjutnya yang seharusnya diambil adalah dengan bekerja sama dengan penyelenggara festival-festival sejenis di negara-negara lain untuk membuat sebuah jaringan festival yang pada akhirnya dapat tercipta sebuah rangkaian festival di negara-negara tersebut.

"Langkah seperti itu akan membuat SIEM lebih dapat menjadi magnet bagi seniman-seniman musik kelas dunia untuk tampil dalam acara tersebut. Itu akan membuat SIEM lebih banyak meninggalkan jejak keragaman musik di dunia," kata Dwiki Dharmawan. (Ant/K004)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2010