Sungailait, Bangka (ANTARA News) - Petani melon Kelurahan Sinar Baru Kecamatan Sungailiat, Kabupaten Bangka Provinsi Bangka Belitung (Babel), merugi akibat cuaca ekstrem yang terjadi di daerah tersebut.

Matori, petani melon di Sungailait, Sabtu mengatakan pengaruh cuaca tak menentu seperti panas disertai hujan mengakibatkan buah melon membusuk, pecah sehingga hasil panen turun drastis.

"Curah hujan dan panas yang tidak menentu selama tiga minggu terakhir sebanyak 8.000 batang tanaman melon yang ditanami di area seluas dua hektare terancam gagal panen dan merugi sebesar Rp20 juta.

Ia mengatakan, tingginya kerugian yang dialami karena mahalnya biaya pengelolaan, perawatan dan pemupukan perkebunan melon.

"Perawatan dan pengelolaan melon cukup tinggi tidak seperti pengelolaan buah semangka yang memerlukan perawatan khusus dan tidak terlalu dipengaruhi cuaca ekstrim," ujarnya.

Menurut dia, petani sulit memperidiksi perubahan cuaca akhir-akhir ini, padahal tanaman melon itu sendiri tumbuh pada curah hujan yang kecil akan tetapi kesediaan airnya cukup, namun akhir-akhir ini curah hujan terbilang tinggi.

"Perkebunan melon saya geluti sejak dua tahun lalu, mengalami dua kali gagal panen, karena permasalahan yang sama, yaitu akibat cuaca" ujarnya.

Ia menjelaskan kalaupun tidak mengalami gagal panen, keuntungan yang didapat akan lebih tinggi, karena biasanya pemesanan akan melon meningkat memasuki Bulan ramadhan.

"Kalau tidak gagal panen,pada bulan ramadhan harga melon mencapai Rp9000 sampai Rp12000 perkilogram, yang pada hari biasanya hanya Rp6000 sampai Rp7000 rupiah perkilogram, tentunya akan untung besar," ujarnya.

Aliong, petani melon di Kecamatan Riau Silip, Sabtu, mengatakan hal senada, curah hujan menjadi faktor kegagalan pada petani melon, akan tetapi dirinya tidak mengalami kerugian yang berarti, karena belum memasuki musim panen.

"Curah hujan memang tinggi, tidak bagus untuk masa panen tamanam melon, syukurlah 5000 pohon melon saya belum masuk usia panen" katanya.

"Sebenarnya perawatan tanaman melon sangat mudah, akan tetapi harus bisa membaca curah hujan, sehingga kerugian dapat ditekan" jelasnya. (ANT/A038)

Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2010