Jakarta (ANTARA News) - Ini laga bernama ironi harga. Sejumlah barang kebutuhan pokok mengalami kenaikan harga.

Ujaran afdolnya sebagai ungkapan sarat harap-harap cemas, "Kalau naik iya, tapi kalau turun tidak mungkin". Inikah salah satu cermin dari mereka yang terus mengadu nasib di tengah pusaran rolet kehidupan?

Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Selasa (20/7) tampil sebagai laga dari sejumlah pedagang. Sementara harga telur, bawang putih, dan bawang merah seakan mendesakkan teror bahwa ada uang, ada barang. Inikah salah satu logika kehidupan berjudul kenaikan barang kebutuhan pokok?

Berdasarkan pantauan yang dilakukan ANTARA News di Pasar Induk Kramat Jati, harga-harga beberapa barang kebutuhan pokok mengalami kenaikan.

Harga telur naik tiga ribu rupiah. "Dulu Rp12.000 perkilogram sekarang Rp15.000," kata Niko pedagang barang kebutuhan pokok.

Harga bawang putih sebelumnya Rp20.000 per kilogram sekarang Rp26.000 per kilogram. Sementara, harga bawang merah sebelumnya Rp14.000 naik menjadi Rp16.000.

Harga minyak goreng tidak mengalami peningkatan yang berarti, dari Rp8.000 menjadi Rp8.200. Sedangkan, harga gula pasir relatif tidak stabil.

"Sekarang harga gula pasir turun menjadi Rp10.000, sebelumnya Rp11.000. Sebelum naik harga gula pasir Rp9.000," kata Tarigan pedagang barang kebutuhan pokok.

Ketika ditanya alasan kenaikan harga itu, mereka menjawab tidak tahu. Mereka menaikkan harga barang karena harga dari penyalur barang juga naik. Meski harga barang naik para pedagang tidak mengalami penurunan pendapatan, karena pembeli tetap membeli barang seperti biasa.

Ketika ditanya mengenai harga barang pada bulan Ramadhan, Tarigan menjawab,"Kalau naik iya, tapi kalau turun tidak mungkin".
(ENY/m-ela/A024)

Editor: AA Ariwibowo
COPYRIGHT © ANTARA 2010