Bandung (ANTARA News) - Neraca dari nilai transaksi perdagangan antara Indonesia dengan Republik Rakyat China masih mengalami defisit sebesar 0,3 miliar dollar Amerika Serikat, kata Menteri Perdagangan, Marie Elka Pangestu.

Menurut Menteri Perdagangan RI itu, di Bandung, Jawa Barat, Senin, pada diskusi panel yang diselenggarakan Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI), defisit neraca perdagangan Indonesia itu dipicu oleh penurunan perdagangan minyak dan gas yang cenderung masif.

Mendag menyatakan, untuk mengatasi defisit perdagangan itu, sementara pergerakan barang dan jasa semakin meningkat, dibutuhkan akses pasar yang semakin cepat dan luas, seperti persiapan menghadapi Asean-China Fee Trade Agreement (ACFTA).

"Kebutuhan akan akses pasar yang semakin cepat dan luas mengharuskan setiap negara mencari terobosan baru, yaitu dengan membentuk perdagangan bebas atau free trade agrement," ujar Marie pula.

Ia mengungkapkan, free trade agrement (FTA) yang dilakukan oleh negara-negara anggota organisasi perdagangan dunia (WTO), sebanyak 450 FTA baik secara bilateral maupun regional termasuk Indonesia.

Marie merincikan, ekspor Indonesia ke RRC selama periode 1999 sampai 2009, menunjukkan pertumbuhan ekspor produk industri mencapai 18,8 persen per tahun, dan sektor pertambangan sebesar 75,5 persen per tahun.

Pada tahun 2010 terhitung Januari hingga Mei, tercatat permintaan ekspor produk pertambangan ke RRC melonjak cukup tajam, dari 0,4 miliar dolar AS naik melebihi 1,8 miliar dolar AS.

Sebaliknya, impor barang modal dan bahan baku penolong dari RRC, meningkat pesat dengan pertumbuhn rata-rata per tahun masing-masing sebesar 51,4 persen dan 26,0 persen selama 1999 sampai 2009.

Mendag menambahkan, untuk impor barang modal dan bahan baku penolong 2010 selama Januari hingga Mei, meningkat cukup tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2009.


Pergeseran Pasar

Marie juga mengatakan, telah terjadi pergeseran pasar tujuan ekspor Indonesia selama lima tahun terakhir, dari negara-negara maju, seperti Uni Eropa, Amerika Serikat dan Jepang ke negara-negara "emerging economies" yakni RRC, Singapura dan India.

Dia merincikan, pada Januari hingga Mei 2010 konsentrasi ekspor nonmigas utama mencapai 47 persen.

Jepang dan Amerika Serikat, menjadi negara tujuan utama ekspor nonmigas Indonesia.

Namun peningkatan pangsa ekspor ke RRC jauh lebih cepat.

"Pangsa ekspor ke Negeri Panda ini mencapai 10,3 persen selama Januari sampai Mei 2010, naik sekitar 2 miliar dolar AS dibandingkan periode yang sama tahun 2009," ujar Marie lagi. (ANT146*B014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2010