Jakarta (ANTARA News) - Belasan anak baru gede (ABG) korban pelecehan seksual oleh terpidana Rudi Sutadi, melakukan unjuk rasa di halaman Lembaga Pemasyarakatan Cipinang dan Kakanwil Kemenkumham, Jakarta, Rabu.

Mereka menuntut pertanggungjawaban terpidana yang telah melakukan pelecehan di dalam Lapas Cipinang serta meminta Kepala Lapas kelas 1 Cipinang memperketat pengawasan kepada narapidana.

Saat melakukan aksi unjuk rasa itu, Fery (19), salah satu korban mengatakan, peristiwa yang menimpa dirinya terjadi pada 2006 saat ia berusia 15 tahun. Ia mengenal terpidana dari Armal tetangganya di Kerinci, Jambi.

"Saya lalu ditelepon terpidana, diiming-imingi agar bisa cepat pintar dan mendapat pekerjaan. Saya diminta datang ke Jakarta," ujarnya.

Sebelumnya, ungkap Fery, ia disuruh membawa kembang tujuh rupa dan air tujuh dusun serta jeruk limau. Setibanya di Jakarta, ia menuju LP Cipinang pada sore hari dengan ditemani Armal guna menemui terpidana.

"Saya masuk ke sebuah ruang di dalam Lapas, ada meja dan tempat tidur untuk pemeriksaan. Saya disuruh buka seluruh baju, terpidana meraba-raba seluruh tubuh saya," ujarnya pelan.

Ditempat yang sama, Armal mengatakan bahwa dirinya mencari puluhan anak atas suruhan napi Rudi Sutadi. Selain dia, ada juga orang lain yang disuruh mencari ABG. "Saya juga korban," tukasnya.

Korban lainnya yang turut berunjuk rasa, Depo dan Didin, juga mengemukakan perlakuan yang sama yang mereka alami.

"Kami sudah melapor ke Kompas Perlindungan Anak dan ke Polda Metro Jaya. Kami sudah di BAP (berita acara pemeriksaan)," ujar Depo (20).

Sementara itu, Ganto dari Koalisi Peduli Anak yang mendampingi para korban tersebut mengatakan bahwa perbuatan terpidana yang leluasa melecehkan anak-anak di bawah umur di dalam Lapas , membuktikan betapa lemahnya pengawasan di LP kelas 1 Cipinang.

"Pantas saja Edi Tanzil bisa kabur dari LP Cipinang," ujarnya.

Menurut dia, praktik diskriminasi narapidana di Lapas Cipinang bukan rahasia umum lagi seperti ada narapidana yang bisa memiliki handphone dan mengakses internet.

Sementara itu Kepala LP kelas 1 Cipinang Wayan Sukarta membantah fakta-fakta yang telah dipaparkan para ABG korban pelecehan narapidana Rudi Sutadi.

"Terpidana itu bukan dokter klinik LP, dia cuma bantu-bantu saja. Dia tidak memeriksa pasien," ujarnya seraya menjelaskan bahwa klinik LP Cipinang itu setiap hari menerima puluhan pasien sehingga sulit untuk melakukan pelecehan sebagaimana dituduhkan tersebut.(*)

(T.D011/B013/R009)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2010