Ellan, pedagang pengumpul lada di Pasar Pembangunan Pangkalpinang, Jumat, mengatakan, pemberitaan itu membuat pedagang pengumpul merugi karena petani tidak mau menjual hasil ladanya kepada mereka.
"Kami rugi karena banyak petani lada yang mau menjual lada tidak jadi menjual hasil lada mereka karena harga lada yang ditulis di media cetak Rp50.000 per kilogram, sementara kami mampu membeli Rp47.000 per kilogram," paparnya.
Ia menguraikan, media lokal itu menuliskan harga lada di tingkat petani Rp50.000 per kilogram, padahal harga lada dalam sepekan terakhir berkisar pada Rp46.000 - Rp47.000 per kilogram. Sementara harga di tingkat eksportir berkisar Rp47.500 - Rp48.000 per kilogram.
"Petani lada banyak yang tidak jadi menjual hasil lada mereka dan membawa lada mereka pulang akibat pemberitaan media cetak itu," katanya.
Akibatnya, menurut dia, transaksi lada menurun dari biasanya 300 hingga 400 kilogram per minggu, menjadi 100 hingga 200 kilogram per minggu.
"Kami berharap wartawan yang melakukan liputan harga komoditas tersebut untuk melakukan pengecekan langsung kepada pedagang pengumpul dan eksportir untuk mendapatkan data yang akurat," ujarnya.
Erman, pedagang pengumpul komoditas lainnya, juga mengeluhkan pemberitaan kurang akurat tersebut para pedagang merrugi dan tidak bisa memenuhi permintaan pasar dunia.
"Kami rugi karena tidak bisa memenuhi permintaan eksportir lada," ujar Erman. (*)
ANT/A023/AR09
Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2010