Jaffa, Israel (ANTARA News/AFP)) - Seorang prajurit Israel yang dituduh membunuh dua wanita yang mengibarkan bendera putih selama perang Gaza 2008-2009 disidangkan Minggu di sebuah pengadilan militer dekat Tel Aviv, kata militer.

Persidangan digelar di Jaffa dengan pembacaan tuntutan, kata seorang juru bicara tanpa penjelasan lebih lanjut.

Tersangka tiba di pengadilan dengan mengenakan pakaian sipil dan tidak tampak ditahan, menurut seorang koresponden AFP di lokasi persidangan.

Hingga persidangan itu dimulai, semua rincian mengenai kasus tersebut tidak diketahui, kata satu sumber militer.

Prajurit itu, seorang penembak jitu yang namanya tidak disebutkan, menghadapi tuduhan pembantaian karena menembak mati dua wanita Palestina yang tidak bersenjata.

Itu merupakan kasus pertama seorang prajurit yang diadili karena membunuh warga sipil selama perang 22 hari itu, yang meletus pada 27 Desember 2008.

Kelompok hak asasi Israel B`Tselem mengatakan, peristiwa itu terjadi pada 4 Januari 2009 ketika keluarga Abu Hajaj mengosongkan rumah mereka setelah bangunan tersebut dihantam tembakan tank.

Bulan lalu jaksa militer memutuskan menuntut prajurit itu atas tuduhan pembantaian sesuai dengan bukti bahwa prajurit itu menyerang individu yang berjalan bersama kelompok orang yang mengibarkan bendera putih, "tanpa diperintah atau diberi wewenang untuk melakukan hal itu".

Jumlah serangan dari Gaza dikabarkan berkurang secara berarti sejak Israel meluncurkan perang di wilayah kantung pesisir yang dikuasai Hamas itu pada akhir 2008 dalam upaya menghentikan penembakan roket yang hampir setiap hari.

Hamas hingga kini masih terlibat dalam konflik dengan Israel, yang menarik diri dari wilayah pesisir Jalur Gaza pada 2005 namun tetap memblokadenya.

Perang di dan sekitar Gaza meletus lagi setelah gencatan senjata enam bulan berakhir pada 19 Desember 2008.

Israel membalas penembakan roket pejuang Palestina ke negara Yahudi tersebut dengan melancarkan gempuran udara besar-besaran dan serangan darat ke Gaza dalam perang tidak sebanding yang mendapat kecaman dan kutukan dari berbagai penjuru dunia.

Pasukan Israel juga berulang kali membom daerah perbatasan Gaza dengan Mesir sejak mereka memulai ofensif pada 27 Desember 2008 dalam upaya menghancurkan terowongan-terowongan penyelundup yang menghubungkan wilayah miskin Palestina itu dengan Mesir.

Angkatan Udara Israel membom lebih dari 40 terowongan yang menghubungkan wilayah Jalur Gaza yang diblokade dengan gurun Sinai di Mesir pada saat ofensif itu dimulai.

Terowongan-terowongan yang melintasi perbatasan itu digunakan untuk menyelundupkan barang dan senjata ke wilayah Jalur Gaza yang terputus dari dunia luar karena blokade Israel sejak Hamas menguasainya pada 2007.

Operasi "Cast Lead" Israel itu, yang menewaskan lebih dari 1.400 orang Palestina yang mencakup ratusan warga sipil dan menghancurkan sejumlah besar daerah di jalur pesisir tersebut, diklaim bertujuan mengakhiri penembakan roket dari Gaza. Tiga-belas warga Israel tewas selama perang itu.

Proses perdamaian Timur Tengah macet sejak konflik itu, dan Jalur Gaza yang dikuasai Hamas masih tetap diblokade oleh Israel.

Jalur Gaza, kawasan pesisir yang padat penduduk, diblokade oleh Israel dan Mesir setelah Hamas berkuasa hampir tiga tahun lalu.

Kelompok Hamas menguasai Jalur Gaza pada Juni tahun 2007 setelah mengalahkan pasukan Fatah yang setia pada Presiden Palestina Mahmoud Abbas dalam pertempuran mematikan selama beberapa hari.

Sejak itu wilayah pesisir miskin tersebut dibloklade oleh Israel. Palestina pun menjadi dua wilayah kesatuan terpisah -- Jalur Gaza yang dikuasai Hamas dan Tepi Barat yang berada di bawah pemerintahan Abbas.

Uni Eropa, Israel dan AS memasukkan Hamas ke dalam daftar organisasi teroris. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2010