Bandung (ANTARA News) - PT Bio Farma akan melakukan lompatan teknologi dan inovasi yang berkaitan dengan upaya peningkatan produksi dan pola kemandirian vaksin, guna mengejar ketertinggalan dari negara lain penghasil vaksin yang tergabung dalam Recognized for Vacccine Production (RFVP), yang bernaung dibawah WHO.

"Lompatan teknologi kita adalah mengejar ketertinggalan produksi dari negara lain yang 10 tahun lebih maju, sehingga harga vaksin yang mereka tetapkan juga sudah jauh lebih tinggi," kata Direktur Utama Bio Farma, Iskandar sebelum pembukaan Pertemuan Ke-6 Islamic Development bank, terkait Program Kemandirian Produksi vaksin, di Bandung, Jumat.

Dalam pertemuan yang diselenggarakan oleh Bio Farma, di Hotel Hyatt tersebut Iskandar memaparkan, inovasi terbaru yang ditawarkan Bio Farma adalah terobosan "Green Technology" yang mengubah vaksin "Animal Origin" menjadi vaksin tanaman atau :Non Animal Origin.

Menurutnya, vaksin tanaman ini jauh lebih ramah lingkungan dan

tergolong halal digunakan, karena proses pembuatannya murni menggunakan bahan baku alami, terlepas dari kandungan babi, yang selama ini ditakutkan masyarakat.

"Vaksin non animal origin ini saat ini sudah kami produksi dalam vaksin polio, yaitu "Rotavirus" dan Safine IVP, secara kandungan sudah sama dengan vaksin polio terdahulu, namun sifatnya sudah `Green Technology`," tambahnya.

Iskandar juga menandaskan, riset dan strategi baru mengenai vaksin ini akan ia hasilkan menjadi sebuah produk baru yang inovatif dan mampu "expertise", khususnya di negara negara islam, juga di tingkat dunia.

"Jadi, strategi kami terkait kemandirian ini adalah mengubah paradigma riset yang awalnya hanya dijadikan sebuah karya tulis, kini kami kembangkan langsung dalam berbagai inovasi produk,"imbuhnya.

Lanjut dia, secara kualitas vaksin produksi Indonesia, secara kualitas sudah sanggup bersaing di pasar internasional. Bahkan, diantara 12 negara anggota IDB, berhasil menduduki peringkat pertama sebagai "Qualified Vaccine".

"Agar tidak menghabiskan dana yang berlebihan untuk kebutuhan riset, maka, kami akan menggenjot produksi vaksin ini dengan batas waktu hingga pertengahan tahun depan. Pada masa inilah akan ditentukan, apkah `go atau no go", namun sejauh ini kami optimis,"tuturnya lagi.

Pada tahun ini, Bio Farma terdapuk sebagai tuan rumah dari "6th Annual Meeting 2010 IDB Self Relience Vaccine Production (SRVP) Program", yang melibatkan 12 negara islam dan 30 peserta. Dalam forum pertemuan ini, dibahas mengenai kemandirian negara negara penghasil vaksin, berikut inovasi yang dihasilkannya.

Pewarta: Bambang
Editor: Imansyah
COPYRIGHT © ANTARA 2010