Bandung (ANTARA News) - Salah satu negara peserta sidang tahunan IDB-SRVP, Pakistan, mengaku sedang gencar mengembangkan teknologi serum antiular sebagai jawaban transfer riset vaksin menuju produk yang bisa dimanfaatkan masyarakat.

"Kami mengembangkan serum antibisa ular sebagai bentuk inovasi produk terbaru kami, karena untuk produksi vaksin masih pra kualifikasi WHO dan terkendala oleh regulasi yang di Pakistan yang sangat ketat," kata Chief Biological Production National Institute of Health (NIH) Islamabad Pakistan, Nasreen K Nomani, di Hyatt Regency, Bandung, Sabtu.

Sejauh ini, lanjut Nasreen, produksi serum ini masih dalam pengembangan yang direncanakan rampung pada 2012.

Pakistan sempat menjalin kerja sama dengan India untuk memproduksi serum tersebut, namun memutuskan untuk membangun industri sendiri demi menghasilkan produk yang optimal.

Pakistan saat ini hanya memproduksi 10 jenis vaksin yang disalurkan untuk program vaksinasi dalam negeri, khususnya vaksin campak dan tetanus.

"Kami terus mengembangkan produksi vaksinasi Pakistan dan terus melakukan pembelajaran dengan negara-negara Islam anggota IDB yang sudah ada dalam hal vaksin," ujar dia.

Menurut Nasreen, Pakistan masih membutuhkan waktu yang lama guna meraih predikat Pre Kualifikasi WHO, seperti yang sudah dikantongi Bio Farma karena masih menghadapi kendala mahalnya teknologi dan infrastuktur produksi vaksin.(*)

ANT/Y008/AR09

Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2010