Basrah (ANTARA News/Reuters) - Sedikitnya 16 orang tewas dan 110 orang terluka ketika sebuah generator yang kuat meledak di pasar terkenal di pusat minyak Basra di bagian tengah Irak, Sabtu, menurut sumber rumah sakit dan keamanan.

"Kami sedang menyelidiki penyebabnya. Kami tidak tahu apakah itu serangan teroris atau sesuatu yang lain," kata Ali al-Maliki, ketua komisi keamanan di dewan Basra.

Seorang wartawan Reuters mengatakan ia mendengar sedikitnya dua ledakan. Sejumlah petugas pemadam kebakaran dan mobil ambulans bergegas ke tempat kejadian, pasar pusat al-Ashaar di salah satu kota terbesar Irak itu. Api dan asap yang dahsyat dapat dilihat.

"Ada tiga ledakan di tempat yang penuh sesak itu," kata anggota parlemen Hussein Talib pada televisi Reuters di tempat terjadinya ledakan. "Ada wanita dan anak-anak serta penjual keliling yang miskin."

"Sebagai seorang anggota parlemen dari Basra saya memegang tanggungjawab kepemimpinan militer dan kepolisian atas darah yang telah tumpah."

"Dua dari dua saudara laki-laki saya tewas," seorang pria berteriak di tempat ledakan.

Seorang pria di tempat itu menyalahkan politisi Irak yang telah gagal membentuk pemerintah dalam lima bulan sejak pemilihan anggota parlemen yang diadakan 7 Maret lalu.

"Mereka semua berjuang untuk kursi mereka. Apa yang mereka inginkan. Ledakan di Basra, ledakan lainnya di Mosul. Ya Tuhan, mengapa ini terjadi," kata pria itu, Fouad Yasir.

Irak masih dalam kehampaan politik sejak pemilihan itu, ketika kelompok Syiah, Sunni dan Kurdi berusaha untuk menyaring pemerintah koalisi. Gerilyawan tampaknya berupaya mengambil keuntungan dari kekosongan kekuasaan itu.

Secara keseluruhan kekerasan telah berkurang sejak puncak perang sektarian pada 2006/07, tapi pemboman dan serangan bunuh diri masih terjadi secara tetap di produsen OPEC itu.

Hampir 400 warga sipil tewas dalam pemboman dan serangan lainnya Juli, hampir lipat dua korban tewas Juni, kata pemerintah Irak.

Puluhan ribu orang tewas pada puncak pembunuhan sektarian pada 2006-07. (S008/K004)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2010