Seoul (ANTARA News) - Para perwira militer dari Korea Utara dan Komando Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang dipimpin Amerika Serikat Selasa mengadakan perundingan, di tengah ketegangan yang memuncak di semenanjung Korea menyusul latihan perang Korea Selatan dan tembakan artileri Korea Utara.

Korea Utara menembakkan sekitar 130 meriam ke perairan dekat perbatasan laut yang disengketakan kedua Korea, Senin, dalam apa yang tampaknya protes terhadap latihan anti-kapal selam Korea Selatan yang baru saja diselesaikan.

Sekitar 10 meriam mendarat di garis batas pihak Korea Selatan, kata Kepala Staf Gabungan Seoul Selasa.

Hal itu memicu tiga peringatan dari Korea Selatan terhadap pihak Korea Utara.

Latihan anti-kapal selam terbesar yang pernah diadakan Korea Selatan itu merupakan unjuk kekuatan setelah Seoul menuduh tetangganya tersebut mentorpedo kapal perang Korea Selatan Maret lalu, dekat perbatasan yang disengketakan - suatu tuduhan yang dibantah keras Korea Utara.

Para kolonel dari Korea Utara dan Komando PBB memulai perundingan tertutup di desa gencatan senjata perbatasan di Panmunjom pada pukul 10.00 waktu setempat, menurut juru bicara Komando PBB kepada AFP.

Badan PBB telah berpangkalan di Korea Selatan sejak akhir perang Korea 1950-53 untuk mengawasi gencatan senjata yang mengakhiri perang tersebut.

Kedua pihak telah bertemu tiga kali dalam Juli untuk membahas kapal perang yang tenggelam itu, yang menewaskan 46 orang.

Pada putaran perundingan sebelumnya, Korea Utara meminta hak untuk mengirimkan para penelitinya ke Korea Selatan guna memeriksa bukti yang dikeruk dari dasar laut, termasuk apa yang menurut Seoul bagian dari torpedo Korea Utara.

Korea Selatan telah menolak permintaan itu, dan mengatakan Komando PBB hendaknya menangani kasus itu sebagai pelanggaran serius gencatan senjata.

Ketegangan memuncak sejak Korea Selatan, Amerika Serikat dan negara-negara lain, merujuk pada penemuan investigasi multinasional, menuduh Korea Utara pada akhir Mei mengirim kapal selam untuk mentorpedo korvet Cheonan Korea Selatan itu.

Korea Utara mengatakan, pihaknya adalah korban kampanye fitnah dan menyebut latihan militer Korea Selatan sebagai persiapan untuk penyerangan.

Dalam kaitan itu Pyongyang mengeluarkan memperingatkan "pembalasan kuat secara fisik" terhadap aksi itu.

Departemen Luar negeri AS mengecam serangan artileri tersebut.

"Serangan itu bukan isyarat membantu Korea Utara dan ini dipastikan sejenis sikap yang kami perlu lihat dihindari oleh Korea Utara," kata juru bicara Philip Crowley.

Hubungan-hubungan memburuk berlanjut setelah Korea Utara pada akhir pekan lalu menahan sebuah kapal nelayan Korea Selatan, yang beroperasi di lepas pantai timur.

Seoul telah menyeru Pyongyang untuk membebaskan kapal nelayan berbobot 41 tahin dan tujuh awaknya - empat warga Korea Selatan dan tiga China - secepat mungkin.

Pasukan penjaga pantai Korea Selatan mengatakan, kapal diduga beroperasi di zona ekonomi eksklusif yang diakui oleh Korea Utara ketika ditangkap. Namun tidak ada pernyataan apapun dari Pyongyang mengenai insiden itu.

Kedutaan China di Pyongyang menyatakan prihatin mengenai laporan penahanan kapal dan awaknya itu, menurut kantor berita Xinhua.

Ketika laporkan itu dikonfirmasikan, Korea Utara "harus menangani awak China itu berdasarkan misi kemanusiaan, menjamin hak-hak dan kepentingan mereka, serta menginformasikan kepada pihak China," katanya mengutip pernyataan para diplomat.(*)

AFP/H-AK/A023

Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2010