Ngamprahn(ANTARA News) - Kondisi lingkungan di kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Tangkuban Parahu dinilai Walhi Jabar kondisi alam dan lingkungannya sudah rusak parah. Anggota Walhi Jabar, Wahyu Widiyanto, menyayangkan Tangkuban Parahu sudah berubah fungsinya yang tidak sealami yang terdahulu.

Menurut dia, telah terjadi kerusakan alam seperti, pengalihan pembuangan air hujan dialihkan ke sungai Cipamelahan dengan membuat drainase baru. Seharusnya, biarkan air hujan masuk ke kawah yang gunanya untuk meredam panas kawah sehingga menjadi pendingin dan menekan keasaman kawah.

Tetapi pihak pengelola berdalih itu agar tidak terjadi endapan di kawah karena akan terjadi pendangkalan. Padahal, menurut Wahyu itu adalah proses salami yang tidak boleh diubah karena kawah adalah penadah air hujan yang baik sehingga air panas yang timbul di Ciater akan terus jalan bahkan mata air akan terus mengalir.

"Jika dialihkan seperti itu, mata air akan berkurang dan kawah semakin panas dan keasaman semakin tinggi," ujarnya.

Karena pengalihan pembuangan air hujan tersebut, sambungnya, berdampak banjir yang menimpa Desa Nagrak Kabupaten Subang dan desa lainnya. Perubahan bentang alam ini, fungsi hidrologisnya memang sudah tidak terkendali sehingga kerusakan lingkungan dibawahnya berdampak luas.

Padahal, kata dia, kawah sebagai reservoir terbaik dalam menadah hujan sehingga jika air hujan dibiarkan alami masuk kawah tidak akan menimbulkan kerusakan lingkungan.

"Kawah itu kehidupan yang jangan sampai dirubah-rubah. Biarkan alami jangan dirubah-rubah dengan alasan apapun," katanya.

Senada diungkapkan, Ketua Forum Penyelamat Lingkungan Hidup Jabar, Thio Setyowekti, sejak pengelolaan baru ini telah terjadi banyak kerusakan lingkungan padahal jika dibiarkan alami tidak akan terjadi banjir yang menimpa desa di Kabupaten Subang.

"Pohon yang ditanam haruslah yang sesuai peruntukannya. Alaminya Tangkuban Parahu adalah keseimbangan yang sudah digariskan dan tinggal kita yang memeliharnya bukannnya merubah yang sudah ada dengan alasan yang tidak jelas," tandasnya.

Ia berharap, jalan yang di cor di lokasi TWA Tangkuban Parahu segera dirubah karena tak mampu menyerap hujan. Ia mencontohkan, kalau di paving blok masih bisa menyerap air sehingga air hujan bisa terserap.

Tetapi yang terjadi sekarang, lanjut dia, jalur menuju ke kawah di cor. Padahal, taman wisata tidak diperkenankan dirubah maupun ditambah agar keseimbangan alam tetap terjaga. "Sepuluh tahun yang akan datang, mata air panas makin berkurang seperti di Ciater bahkan tidak akan bertahan sehingga mata air lainnya akan menyusut debit airnya," pungkasnya.
(ANT/P003)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2010