Sumber (ANTARA News) - Perubahan cuaca yang masih belum jelas hingga saat ini menyebabkan hasil panen padi petani di Kabupaten Cirebon menurun dan memicu kenaikan harga beras di pasar.

Kabid Tanaman Pangan Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan dan Kehutanan (DP3K) Kabupaten Cirebon, Wasman, Senin, mengatakan musim yang disebut kemarau basah ini menyebabkan tanaman padi mudah terserang Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) seperti hama wereng, penggerek batang bahkan tikus.

Akibatnya, me nurut dia, jumlah produksi mengalami penurunan, beruntung tidak sampai mengalami puso.

"Akibat kurang terkena sinar matahari, hama cepat menyebar dan merusak tanaman padi sebagian areal pertanian di Kabupaten Cirebon," kata Wasman.

Dari total areal pertanian di Kabupaten Cirebon seluas 42 hektare, katanya, beruntung separuhnya berada di dataran tinggi dan sudah memasuki musim gadu, namun sebaliknya sisanya berada di daerah rendah saat ini sedang memasuki masa pertumbuhan (standing crop) dan baru akan dipanen sekitar bulan September mendatang.

Wasman memastikan areal pertanian yang memasuki masa "standing crop" seluas 20 ribu hektare yang berada di wilayah utara Cirebon seperti Kecamatan Gunung Jati, Kapetakan, Panuragan, Suranenggala dan Kapetakan saat ini dibawah pengawasan dan kendalinya.

"Sekitar 20 ribu hektare areal persawahan terancam oleh serangan OPT. Namun untuk masalah hama wereng dan penggerek batang sudah berhasil tertangani, tinggal masalah hama tikus. Semuanya terus kami pantau supaya tidak menghabiskan seluruh areal persawahan," katanya.

Musim kemarau basah juga menyebabkan membengkaknya biaya produksi yang harus ditanggung petani, seperti proses pengeringan gabah yang biasanya dilakukan secara alami memanfaatkan terik sinar matahari kini terpaksa menggunakan mesin pengering (dryer) yang justru mengurangi kualitas beras.

Dia menambahkan kondisi ini diperburuk dengan perilaku petani yang melakukan tunda jual terhadap gabah hasil panennya hingga menunggu harga di pasaran berada pada titik tertinggi.

"Saat ini sebagian besar petani memilih menunda penjualan gabahnya hingga harga di pasaran berada pada titik tertinggi. Para petani berharap mendapat keuntungan lebih besar saat menjual gabah pada saat harganya melonjak," kata Wasman.

Harga jual gabah basah saat ini berada di kisaran Rp3.500 per Kg, sedangkan harga gabah kering Rp3.900 per Kg.

Sementara berdasarkan pantauan di Pasar Sumber, harga beras kualitas sedang sudah mencapai Rp7.200 per Kg, sedangkan kualitas super mencapai Rp8.000 per Kg.

Menurut Abdul Manan, pedagang beras di Pasar Sumber, kenaikkan harga beras sudah berlangsung sejak 2 minggu terakhir dari awalnya hanya Rp5.500 per Kg.

"Katanya kenaikkan harga disebabkan banyak petani yang mengalami gagal panen," kata Manan. (ANT059/K004)

Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2010