Surabaya (ANTARA News) - Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya menjalani audit dari Tim Audit Internasional dari Belanda selama tiga hari mulai dari Senin (19/1) hingga Rabu ini. Dekan FK Unair, Prof. Dr. Mohammad Amin, dr., SpP(K) mengatakan, audit kali ini dilakukan sebagai langkah nyata FK Uniar menuju internasionalisasi. "Audit pendidikan ini sebagai tahap awal untuk menuju akreditasi internasional," katanya. Menurut dia, untuk meraih akreditasi internasional tidak bisa dilakukan langsung, sehingga harus melalui prosedur yang ditetapkan, yaitu melalui audit dari sebuah tim dulu. Dari tim audit inilah nanti yang akan memberikan rekomendasi. "Jika dari temuan tim audit terdapat kekurangan maka akan diperbaiki dengan bantuan dan fasilitas perbaikan atau asistensi dari tim audit," katanya. Baru setelah dinilai benar-benar siap untuk akreditasi internasional, maka FK Unair segera melangkah ke akreditasi tersebut. "Jadi prosedurnya memang begitu, tidak bisa langsung tiba-tiba ke akreditasi. Saran-saran dari beberapa lembaga akreditasi pun memang harus melalui proses seperti ini," kata Prof. Mohammad Amin. Selain itu, tiga pakar auditor pendidikan kedokteran asal Belanda, dalam audit di FK Unair ini juga disertai seorang observer, yaitu pihak yang menjembatani dalam pemberian sponsor. Sebab dari observasi sponsor inilah bisa diambil manfaatnya, yaitu bagaimana mendapatkan dana sebagai biaya memperbaiki sesuatu yang masih kurang sebelum menuju akreditasi internasional. "Jadi audit ini merupakan langkah awal FK Unair untuk meraih akreditasi internasional," kata Prof. Amin yang juga sebagai Guru Besar Ilmu Penyakit Paru di FK Unair. Sementara itu, Ketua Tim Pakar Pendidikan Kedokteran Belanda, Prof. Rein Pieter Zwierstra, mengatakan bahwa selama tiga hari melakukan audit baik melalui tatap muka, peninjauan kurikulum, fasilitas yang ada, dikatakan bahwa FK Unair banyak yang cukup baik. "Memang ada yang masih harus terus dibenahi yang sifatnya secara terus-menerus, yaitu pemenuhan fasilitas perpustakaan dimana masih banyak buku-buku yang sudah terlalu lama, sehingga hal itu harus diimbangi dengan pengadaan buku yang baru," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2009