Banda Aceh (ANTARA News) - LSM Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Aceh mengimbau pemerintah daerah setempat mengawasi eksploitasi tambang emas rakyat secara ketat untuk menghindari jatuhnya korban jiwa.

"Sejumlah tambang emas rakyat di Aceh banyak memakan korban. Ini memperlihatkan lemahnya pengawasan," kata Direktur Eksekutif Walhi Aceh TM Zulfikar di Banda Aceh, Rabu.

Seorang penambang tradisional Jasmadi (35) ditemukan tewas saat menambang di kawasan penggunungan Gampong Panton Luas, Kecamatan Sawang, Kabupaten Aceh Selatan.

Korban tewas di lubang galian sedalam 30 meter. Korban diduga meninggal akibat kehabisan oksigen.

Di lokasi yang sama, lima penambang juga tewas akibat tertimbun longsor di Panton Luas pada pertengahan Mei 2010.

"Padahal lokasi tambang tersebut sudah ditutup oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan. Namun masih saja terjadi aktivitas penambangan," katanya.

Kondisi ini menunjukkan lemahnya pengawasan terhadap tambang emas tersebut. Jika pengawasan ketat, tentu tidak ada penambang yang berani mengeksploitasi logam mulia itu secara konvensional.

Menurut TM Zulfikar, seharusnya pemerintah daerah tegas terhadap keberadaan tambang emas rakyat tersebut. Kalau perlu, tambang tersebut ditutup sehingga tidak jatuh korban jiwa lagi,

"Namun, sebelum menutupnya, pemerintah daerah juga harus memberi kompensasi dalam bentuk peluang kerja lainnya. Artinya, setelah tambang ditutup, masyarakat tidak menjadi pengangguran," katanya.

Selain itu, pemerintah daerah juga perlu menerbitkan sebuah regulasi mengatur eksploitasi tambang rakyat tersebut. Regulasi ini mengatur proses penambangan, keselamatan jiwa dan ancaman lingkungan.

Ia menyebutkan, eksploitasi mineral, seperti emas bukanlah hal mendesak dan belum menjadi kebutuhan utama masyarakat Aceh. Masih banyak potensi alam lainnya yang bisa dimanfaatkan.

"Kalau memang belum menjadi kebutuhan utama, mengapa tambang itu tidak ditutup saja. Masih banyak sumber daya alam lainnya yang belum digarap. Seperti potensi kelautan, yang tidak pernah habis dieksploitasi," ujar TM Zulfikar.

(KR-HSA/S018/S026)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2010