Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah menilai proyeksi pertumbuhan ekonomi 2011 sebesar 6,3 persen merupakan proyeksi yang realistis sejalan dengan perkiraan kondisi perekekonomian 2011.

"Merupakan perkiraan yang realistis di tengah situasi pemulihan ekonomi global yang masih diliputi ketidakpastian berkenaan dengan krisis utang dan defisit fiskal beberapa negara di kawasan Eropa dan melambatnya kegiatan ekonomi Amerika Serikat dan beberapa negara industri lainnya," kata Menteri Keuangan (Menkeu), Agus Martowardojo, ketika menyampaikan jawaban pemerintah atas pemandangan umum fraksi-fraksi DPR atas RAPBN 2011 dalam rapat paripurna DPR di Jakarta, Selasa.

Menurut pemerintah, perkiraan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,3 persen itu diharapkan berasal dari permintaan domestik dan membaiknya sisi penawaran.

Pada tahun 2011, dengan asumsi pertumbuhan ekonomi sebesar 6,3 persen, laju inflasi diharapkan dapat dikendalikan pada level sekitar 5,3 persen.

Perkiraan inflasi itu didasarkan kepada pertimbangan bahwa peningkatan kegiatan ekonomi diperkirakan dapat terus diimbangi oleh meningkatnya kapasitas produksi, seiring dengan membaiknya investasi.

Proyeksi inflasi 2011 itu juga telah memperhitungkan potensi tambahan tekanan inflasi yang bersumber dari kebijakan penyesuaian administered prices secara terbatas.

Pemerintah akan terus berupaya melakukan berbagai langkah yang diperlukan untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi yang lebih berkualitas, dengan antara lain mendorong perkembangan faktor-faktor pendukung pertumbuhan ekonomi, terutama investasi,, konsumsi masyarakat, konsumsi pemerintah, maupun ekspor.

Pertumbuhan konsumsi dilakukan dengan meningkatkan daya beli masyarakat melalui pengendalian inflasi dan mendorong realisasi penyerapan anggaran.

Pertumbuhan investasi dilakukan dengan perbaikan iklim investasi seperti melalui langkah pemulihan ekspansi kredit perbankan, dan diupayakan mempercepat pembangunan infrastruktur.

Selain menetapkan asumsi pertumbuhan ekonomi 6,3 persen dan inflasi 5,3 persen, RAPBN 2011 juga menetapkan asumsi kurs rupiah sebesar Rp9.300 per dolar AS, suku bunga SBI tiga bulan 6,5 persen, harga minyak 80 dolar AS per barel, dan lifting minyak 970 ribu barel per hari.
(T.A039*S034/P003)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2010