Taipei (ANTARA News) - Taiwan berencana menurunkan peluru kendali jelajah pada akhir tahun ini, kata seorang anggota DPR dan pakar militer pada Selasa, merefleksikan kelanjutan dari ketegangan dengan China meski hubungan yang membaik.

Taiwan mulai produksi masal rudal kendali Hsiungfeng 2E setelah mendapatkan "komponen kunci" yang diperlukan untuk pembuatan, dan akan mulai menurunkan rudal tersebut pada tahun ini, kata seorang legislator Lin Yu-fang kepada AFP.

Lin, anggota dari partai berkuasa Kuomintang, menolak untuk merinci jarak jelajah rudal atau jumlah yang akan dipergunakan.

Presiden Taiwan Ma Ying-jeou memberi perintah pada 2008 untuk memproduksi 300 rudal jelajah Hsiungfeng 2E, menurut koran Taipei, China Times.

Surat kabar tersebut menyebutkan Hsiungfeng 2E, yang dikembangkan oleh Institut Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Chungshan milik militer, memiliki jarak jelajah sekitar 800 kilometer.

Institut tersebut telah menggelontorkan 2,2 milyar dolar Taiwan (68 juta dolar AS) setiap tahun sejak pengembangan rudal pada 2000, yang namanya berarti "Angin Berani", dan mampu memperlebar jarak dari 600 menjadi 800 kilometer, katanya.

Rudal dapat diluncurkan di darat maupun perairan, kata koran tersebut, menambahkan mampu mencapai bandar udara dan markas rudal di wilayah tenggara China, juga kota-kota seperti Shanghai dan Hong Kong.

China dan Taiwan sudah menjalankan pemerintahan secara berpisah sejak berakhirnya perang saudara pada 1949, tetapi Beijing memandang pulau tersebut sebagai bagian wilayahnya dan menunggu untuk reunifikasi, bila perlu dengan paksa.

Pentagon mengatakan dalam laporan tahunan kepada Kongres pada awal bulan ini, pembangunan militer China terhadap Taiwan telah "berlangsung secara bersinambung" meski hubungan politik yang membaik.

China telah berulang kali mengancam akan menyerang Taiwan bila pulau tersebut mendeklarasikan kemerdekaannya.

Tetapi, ketegangan di antara Selat Taiwan telah mereda sejak Ma menjadi presiden dengan berlandaskan hubungan bersahabat dengan Beijing.(*)

KR-IFB/M016/AFP

Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2010