Manila (ANTARA News) - Keluarga 57 orang yang dibunuh dalam pembantaian politik terburuk di Filipina menyatakan kemarahan mereka Rabu, setelah mahkamah menunda pengadilan tersangka utama dan terdakwa polisi pembantunya.

"Pengadilan sangat tidak jujur dan selalu cenderung membela para penjahat itu," kata Catherine Nunez, ibu dari seorang korban, kepada para wartawan pada saat dia terjatuh dan menangis di samping ruang pengadilan Manila, setelah hakim menunda sidang.

Nunez mengatakan, keluarga para korban ngeri bahwa kelompok Ampatuan yang dituduh mengompori pembantaian itu tahun lalu terus mengintimidasi mereka.

"Mereka itu kaya. Kami tidak punya apapun," kata Nunez.

"Musuh kami sangat kuat dan kami khawatir terhadap kehidupan kami," katanya.

Lebih dari 20 kerabat lain dari para korban juga berada di dalam ruang sidang pada Rabu, dan mereka membela komentar-komentar Nunez.

Andal Ampatuan Jnr dan lebih dari 100 anggota tentara pribadi kelompoknya itu dituduh menghentikan konvoi yang mengiringi musuh politiknya, di Filipina Selatan November tahun lalu, dan menewaskan 57 orang.

Ampatuan Jnr, seorang wali kota lokal, dituduh memimpin pembunuhan itu untuk menghentikan pesaingnya dari mencalonkan diri menantangnya, untuk memperebutkan gubernur provinsi Maguindanao dalam pemilihan nasional tahun ini.

Para kerabat pesaingnya, Esmael Mangudadatu, ditambah lebih dari 30 wartawan yang menyertai dalam konvoi, di antara mereka yang dibantai.

Pengadilan Ampatuan Jnr, dan 16 polisi yang dituduh bagian dari tentara pribadi kelomponya, menghadapi tuduhan pembunuh yang dimulai Rabu, setelah beberapa bulan persidangan ditunda karena seorang saksi kuncu dibunuh.

Namun hakim Jocelyn Solis Reyes yang memimpin sidang mengatakan, dia telah dijamin oleh para pengacara Ampatuan Jnr bahwa sidang akan diundurkan pekan lain.

Ampatuan memerintah di provinsi Maguindanao yang bergolak selama hampir sepuluh tahun berdasarkan perlindungan presiden Gloria Arroyo.

Dia mengizinkan Ampatuan untuk mengelola tentara pribadi mereka sebagai pasukan pengganti untuk menghadapi pemberontak separatis Muslim di Filipina Selatan.

Ayah Ampatuan Jnr yang juga bernama Andal Ampatuan Snr, yang adalah gubernur Maguindanao, dan empat anggota kelompok lainnya, juga dituduh sebagai pembunuh.

Total lebih dari 190 anggota kelompok itu telah dituduh sebagai pelaku pembunuhan, meskipun tidak semua dari mereka yang ditahan.

Hanya Ampatuan Jnr dan 16 polisi yang akan dihadapkan pada pengadilan mulai Rabu.

AFP/H-AK/B002

Editor: Jafar M Sidik
COPYRIGHT © ANTARA 2010