Banyuwangi (ANTARA News) - Pesawat latih Cessna berkode lambung RPKOG milik "Bali Internasional Flight Academy (BIFA)" diduga mengalami gangguan mesin sebelum akhirnya melakukan pendaratan darurat di lahan persawahan Dusun Cungkingan, Desa Badean, Kecamatan Kabat, Banyuwangi, Jawa Timur (1/9).

Dugaan itu dikemukakan Kepala Satuan Kerja (Satker) Bandara Blimbingsari, Rogojampi, Banyuwangi, Jawa Timur, Ambar Suryoko, kepada ANTARA setelah meninjau kondisi bangkai pesawat di lokasi jatuhnya pesawat latih tersebut, Kamis.

"Sesaat sebelum terjatuh pesawat itu sempat memberitahukan ke Bandara Blimbingsari jika mengalami gangguan pada mesin dan minta izin untuk melakukan pendaratan kembali, namun setelah itu komunikasi hilang," katanya.

Menurut dia, pesawat Cessna tipe 172 itu terjatuh dalam perjalanan dari Bandara Blimbingsari, Banyuwangi menuju Bandara Letkol Wisnu, Singaraja, Bali, setelah sempat menjalani sesi latihan "Touch and Go" di Bandara Blimbingsari.

Setelah dua menit tinggal landas dari Bandara Blimbingsari, Banyuwangi, pilot pesawat nahas yang juga warga Amerika Serikat, Kapten Mariam Zanaria Hugen, memberitahukan ke Stasiun Radio Bandara Blimbingsari jika pesawat yang dibawanya sedang mengalami gangguan pada mesinnya.

Guna memastikan penyebab jatuhnya pesawat latih itu, pihaknya sedang menunggu kedatangan Tim Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).

"Kita tunggu saja hasil penelitian dari KNKT, namun dugaan sementara pesawat tersebut mengalami gangguan pada mesinnya," ujarnya.

Rencananya, Tim KNKT dari Jakarta akan melakukan penelitian di lokasi jatuhnya pesawat milik BIFA itu, 2 September, tapi hingga informasi dari Kepala Satker Bandara Blimbingsari, Rogojampi, Banyuwangi, Jawa Timur itu dilaporkan belum ada kegiatan Tim KNKT.

Sebelumnya, pesawat latih itu dilaporkan jatuh dalam penerbangan dari Bandara Letkol Wisnu Singaraja, Bali ke Blimbingsari Banyuwangi, Jawa Timur, namun laporan yang diterima pihak Bandara Blimbingsari justru sebaliknya pesawat jatuh dalam penerbangan pulang ke Singaraja.

Jatuhnya pesawat Cessna milik BIFA itu merupakan kecelakaan pertama sejak dioperasionalkannya Bandara Blimbingansari sebagai lapangan terbang untuk kegiatan pelatihan.

Kendati demikian, kata Ambar Suryoko, kecelakaan ini tidak mempengaruhi penjadwalan beroperasinya Bandara Blimbingsari yang izinnya sudah dikeluarkan 20 Agustus 2010.

"Kami tidak terpengaruh dengan kecelakaan pesawat latih tersebut, karena izin telah dikantongi bandara kebanggaan masyarakat Banyuwangi itu. Kami tinggal membenahi sedikit lagi infrastruktur yang ada," paparnya.

Sementara itu warga yang ingin melihat dari dekat jatuhnya pesawat latih Cessna tersebut terus berdatangan ke lokasi kejadian, namun mereka tidak bisa terlalu mendekat karena petugas Dishub Banyuwangi dan BIFA membatasi di luar garis polisi yang sudah dipasang sejak Rabu (1/9).
(ANT164/E011)

Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2010