Camp Victory, Irak (ANTARA News) - Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengenalkan misi tentara AS terbaru di Irak, Rabu, untuk mengembangkan tahap baru setelah pengerahan selama tujuh tahun yang merenggut jiwa lebih dari 4.400 tentara AS.

Berpidato di hadapan prajurit AS yang berada di Baghdad sehari setelah peran tempur AS dalam pertempuran secara resmi berakhir, Biden berusaha menarik simpati sekitar 50.000 prajurit AS yang masih di Irak sampai penarikan seluruhnya pada akhir 2011.

Biden mengatakan penyerbuan pada 2003 telah memecah-belah pendapat masyarakat AS, tapi dia menyerukan perdamaian dengan memberikan pelatihan baru dan misi perdamaian, serta mengatakan bahwa dia yakin konflik Irak "hari yang paling menyeramkan sekarang telah berlalu."

"Sudah bukan menjadi rahasia lagi kalau perang ini telah memecah persatuan warga Amerika tapi mereka tidak pernah pesimistis akan dukungan persatuan dari tentara AS," kata Biden di hadapan kurang lebih 1.000 prajurit dan tamu undangan, layaknya dikutip Reuters.

"Sekarang saatnya untuk meninggalkan perbedaan di antara kita," katanya di Istana Al-Faw, tempat perburuan mantan diktator yang digulingkan AS, Saddam Husein, yang jatuh dalam Camp Victory dan sekarang menjadi markas tentara AS.

Biden mengatakan misi pelatihan baru, yang disebut "Operation New Dawn", akan melanjutkan hubungan keterlibatan antara Irak dan Amerika, tapi dia juga menyadari bahwa sejumlah warga Irak terenggut jiwa mereka.

"Puluhan ribu pasukan keamanan dan rakyat telah terbunuh," katanya menambahkan, merujuk kepada akibat pemberontakan sektarian brutal dan berdarah yang melanda bangsa tersebut bertahun-tahun setelah penggulingan Saddam.

"Rakyat Irak telah menolak wajah buruk kekerasan yang mereka alami dahulu," ujar Biden terkait dengan pemberontakan tersebut.

Namun, data statistik yang dikeluarkan pemerintah Irak pada Rabu menunjukkan 426 orang, termasuk di antaranya 295 penduduk, tewas karena bom dan penembakan pada Agustus, menunjukkan bahwa kerusuhan di negara tersebut masih belum dapat terselesaikan.

Sebanyak 49.700 prajurit saat ini berada di Irak untuk pelatihan baru dan misi anti-terorisme, seiring dengan janji Presiden Barack Obama untuk memerintahkan seluruh tentara Amerika pulang.

Ribuan tentara AS telah meninggalkan Irak dalam beberapa bulan terakhir dan Obama menggunakan pidatonya di Ruang Oval untuk memperingatkan berakhirnya pertempuran.

Menteri Pertahanan Robert Gates, yang juga berada di Irak untuk meresmikan diluncurkannya Operasi Fajar Baru (Operation New Dawn), mengatakan prajurit yang berada di negara tempat mereka bekerja tetap penting meskipun perang di Afghanistan meningkat tajam.

Gates, sama seperti Biden, juga mengakui adanya konflik dalam negeri di AS setelah perang.

"Masalah yang terkait dengan perang tersebut bagi rakyat Amerika adalah alasan yang kami anggap bahwa perang itu tidak sah," kata Gates kepada wartawan sebelum upacara pada Rabu, melihat penunjukkan komandan AS baru di Irak.

"Meskipun akibat dari perang tersebut baik bagi AS, itu akan tetap menjadi buruk bagaimanapun juga dimulainya," tambah Gates.

Kemudian Presiden George W. Bush memerintahkan penyerbuan Irak pada Maret 2003 karena Negara tersebut dipenuhi dengan senjata pemusnah massal. Meski telah melakukan upaya yang melelahkan, ternyata tak satupun bukti ditemukan.

Biden, yang sering bertemu pemimpin politik Irak dalam usahanya mempercepat pembicaraan koalisi yang tidak ada habisnya sejak pemilihan umum Maret yang tidak meyakinkan, mengatakan dia yakin bahwa kesepakatan itu sekarang benar-benar ditutup.

"Saya yakin mereka sangat mampu untuk membentuk pemerintahan, yang mewakili hasil keputusan pemilihan umum, yang sangat terpecah-belah," kata dia melalui jaringan stasiun televsi Amerika Serikat, CBS.

Biden meninggalkan Baghdad Rabu siang menuju Erbil, sebelah utara Irak, tempat dia bertemu Presiden Regional Kurdi Massud Barzani dan beberapa pejabat setempat.
Pada upacara di Camp Victory, Jenderal Ray Odierno digantikan oleh Jenderal Lloyd Austin sebagai komandan Angkatan Bersenjata AS di Irak.

"Meskipun hari ini ada beberapa yang meragukan pasukan keamanan Irak siap bertanggung jawab penuh atas keamanan negaranya," kata Ordierno. "Saya yakin mereka memang mampu akan melakukan hal itu."

Akan tetapi, sebelum upacara berlangsung, wakil komandan misi AS yang baru, Letjen Michael Barbero, mengatakan dia berharap pemerintahan Baghdad yang baru membuat permintaan resmi untuk bantuan ekstra di akhir tahun.

"Saya memperkirakan mereka akan meminta beberapa bantuan. Kami punya banyak pekerjaan untuk itu hingga Desember 2011," ucap Barbero kepada wartawan.
(Uu. KR-FNY/M016/P003)

Pewarta: NON
Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2010