Jakarta (ANTARA News) - Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution mengatakan posisi nilai tukar rupiah yang terus menguat sampai saat ini masih kompetitif untuk kepentingan perekonomian nasional apabila dibanding nilai tukar negara-negara tetangga.

"Tidak valid alasan yang menyebutkan kita kehilangan kompetitivenes akibat penguatan rupiah saat ini. Sebab negara lain apresiasi nilai tukarnya lebih tinggi dari kita," kata Darmin di Jakarta, Jumat.

Dijelaskannya, sampai Jumat ini meski nilai tukar rupiah berada di posisi Rp8.980 per dolar AS, tetapi secara rata-rata setahun nilainya masih Rp9.130 per dolar AS atau hanya mengalami apresiasi sebesar 4,8 persen sejak awal tahun.

"Itu sama dengan apresiasi mata uang negara tetangga seperti Peso Filipina . Tetapi lebih kecil dari apresiasi Bath Thailand yang sebesar 7 persen dan Ringgit Malaysia yang 8 persen," katanya.

Darmin mengakui pihaknya belakangan ini telah membeli dolar AS untuk kepentingan agar nilai tukar rupiah tetap stabil dan volatilitasnya tidak terlalu besar.

Menurutnya, keluhan sejumlah menteri yang mengatakan penguatan rupiah membuat nilainya sudah tidak kompetitif bagi kepentingan perdagangan tidaklah tepat, karena rupiah tidak menguat sendirian.

Mengenai asumsi nilai tukar rupiah di RAPBN 2011 yang sebesar Rp9.300 per dolar AS, menurut Darmin bukanlah keinginan pemerintah untuk memperlemah rupiah, namun juga hasil hitungan bersama BI yang melihat tingginya inflasi tahun depan bisa menekan nilai rupiah.

"Tetapi faktanya kalau capital inflow dari luar terus masuk, tentunya rupiah tidak bisa bertahan di level itu terus (Rp9.300 per dolar AS)," katanya.

Derasnya modal asing ke Indonesia dan melemahnya nilai tukar dolar terhadap mata uang lain, membuat nilai tukar rupiah belakangan ini terus menguat hingga posisi Rp8.900 per dolar AS.

Namun, sejumlah menteri merasa penguatan rupiah sudah terlalu besar yang dapat mengganggu kinerja ekspor industri di dalam negeri.(*)
(T.D012/R009)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2010