Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) menilai uji tekanan (stress test) yang dilakukan Dana Moneter Internasional (IMF) terhadap perbankan Indonesia tidak realistis dengan kondisi ekonomi Indonesia ke masa depan.

"BI beranggapan skenario anjloknya ekonomi yang diusulkan tim IMF tidak realistis dengan kondisi ekonomi Indonesia ke depan," kata Kepala Biro Hubungan Masyarakat (Humas), Difi A. Johansyah, di Jakarta, Senin.

Difi menanggapi hasil uji tekanan IMF pada pekan lalu, yang menyebutkan bahwa rasio non-performing loan (NPL) perbankan akan tumbuh dari 3,5 persen saat ini menjadi 31,5 persen pada semester pertama 2011.

Menurut Difi, BI sebenarnya sudah keberatan dengan skenario sangat ekstrim negatif yang dipilih IMF untuk skenario dan metode uji tekanan (stress test) itu.

Selain itu, katanya, Pemerintah dan BI tentunya tidak akan tinggal diam kalau ekonomi sudah menunjukkan angka yang gawat, karena pasti akan mengambil langkah langkah penyelamatan untuk mencegah hancurnya perekonomian.

"Artinya, Pemerintah dan BI pasti bertindak pre-emptif utk mencegah skenario krisis tersebut terjadi. BI juga berkeberatan kalau nantinya hasil stress test ini disalah artikan di kemudian hari," katanya.

Menuru dia, hasil uji tekanan yang dilansir IMF bukanlah suatu prediksi atau ramalan tapi adalah gambaran yang terjadi kalau ekonomi sudah sangat gawat.

"Hasil NPL yang terjadi akan sangat berbeda kalau baseline skenarionya juga berbeda. Kalau skenarionya lebih positif maka NPL yang dihitung juga akan semakin baik. Dan BI sendiri dalam melakukan stress test menggunakan skenario yang lebih sesuai dengan kondisi perekonomian," katanya.

Dikatakannya, hasil uji tekanan ini juga dapat dibaca dari sisi lain, yakni ketahanan perbankan nasional sudah sangat baik karena manajemen risiko yang telah diterapkan.

"Sehingga dalam kondisi ekonomi yang benar benar gawat saja, seperti dalam skenario stress test oleh IMF (GDP negatif, kurs rupiah anjlok), perbankan menghadapi krisis (NPL yang melonjak) yang mana kalau terjadi tidak hanya perbankan tapi sektor keuangan keseluruhan yang akan kolaps. Dan hal ini secara realistis tidak sesuai dengan baseline outlook ekonomi Indonesia ke depan," katanya.

Uji tekanan untuk Indonesia adalah ujian pertama yang dilakukan oleh IMF untuk Indonesia dalam rangka untuk menguji ketahanan sistem perbankan negara itu jika ada krisis.

Uji tekanan diuji terhadap 121 bank dengan menggunakan analisa top-down dan khususnya untuk 12 bank terbesar dengan menggunakan analisis bottom-up.

Analisis bottom-up digunakan pada masing-masing bank untuk menentukan sejauh untuk mengukur dampak dari guncangan makro yang mempengaruhi pertumbuhan kredit, dan tingkat potensi kerugian. Analisis top-down menggunakan sejumlah asumsi dasar dengan kecepatan kontraksi ekonomi pada -5 persen.

Temuan dari stress test menunjukkan risiko kredit adalah gangguan utama sektor perbankan dalam negeri. Berdasarkan analisis top-down, NPL perbankan Indonesia akan naik ke tingkat 31,5 persen pada kuartal pada semester pertama 2011 dari tingkat saat ini sebesar 3,5 persen.

Dalam stress test juga disebutkan bank kecil, dengan modal besar dan cadangan likuiditas, akan lebih tahan dari stress test skenario di atas dibanding bank menengah dan bank besar.
(T.D012/B012/P003)

Pewarta: NON
Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2010