Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Agus Martowardojo menegaskan, wacana kenaikan tarif dasar listrik bukan disebabkan intervensi dari pihak luar.

"Ada yang bilang kita ikut karena ada `multilateral agency` yang meminta naik, itu tidak. Kita sudah berkeyakinan bahwa kita musti memperluas ruang fiskal, tapi tetap memperhatikan rakyat yang sedang dalam ekonomi sulit," ujarnya saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu malam.

Ia mengatakan, pemerintah sejak awal telah mencari cara untuk menemukan solusi mengenai subsidi energi listrik dengan alternatif-alternatif yang diusulkan termasuk kenaikan tarif dasar listrik (TDL).

"Kita dari awal, bahwa tentu kita mencari pemecahan subsidi energi listik maupun BBM. Kalau nggak ada kenaikan, ada alternatif lain," ujarnya.

Sebelumnya dalam pemaparan perkembangan triwulan, ekonom senior Bank Dunia untuk Indonesia Enrique Blanco Armas mengatakan, Indonesia merupakan negara kedua yang menjual listrik paling murah, sekitar 7 sen dolar AS per Kwh dibawah India sebesar 6 sen dolar AS per Kwh.

"Tarif di Indonesia bagi pengguna rumah tangga dan industri masih tetap relatif rendah," ujarnya.

Menurut dia, kenaikan TDL pada Juli 2010 merupakan langkah kecil menuju sasaran pemerintah untuk menetapkan sasaran subsidi energi.

Untuk itu, ia mengharapkan secara bertahap pemerintah bisa kembali meningkatkan TDL, sehingga subsidi yang selama ini diberikan bisa dialihkan untuk anggaran infrastruktur.

"Indonesia selama ini terus memproduksi listrik harga murah. Kita berharap ada lagi kenaikan tahun depan, sehingga peningkatan belanja bisa dialokasikan untuk infrastruktur," ujar Enrique. (S034/K004)

Pewarta: NON
Editor: Kunto Wibisono
COPYRIGHT © ANTARA 2010