Jakarta, 30/9 (ANTARA) - Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar) memastikan pemeringkatan daya saing pariwisata negara-negara di dunia yang dilakukan oleh sejumlah lembaga internasional tidak berpengaruh langsung terhadap kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia.

     "Pemeringkatan yang dilakukan dalam hal daya saing pariwisata yang pada 2009 menempatkan Indonesia di posisi ke-81 dari 133 negara tidak lantas membuat kunjungan wisman ke Indonesia turun," kata Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Pariwisata Kemenbudpar, Henky Hermantoro, di Jakarta, Rabu (29/9).

     Dikatakan, suatu hal yang sah-sah saja bagi siapapun dengan kriteria tertentu yang mereka buat untuk membuat pemeringkatan terhadap daya saing pariwisata. Tercatat ada dua lembaga dunia yang membuat pemeringkatan secara khusus dalam hal daya saing pariwisata negara-negara di dunia yakni World Economic Forum (WEF) dan World Travel and Tourism Council (WTTC).

     Henky menegaskan, pemeringkatan tersebut tidak ada pengaruhnya langsung terhadap jumlah kunjungan wisman hanya saja memberikan masukan tentang hal-hal yang perlu diperbaiki dalam pengembangan pariwisata di tanah air.

     "Tapi kita tetap menghargai apapun hasilnya karena kita jadi terdorong untuk melakukan beberapa perbaikan, misalnya dalam hal egulasi kita bisa optimalkan untuk perbaiki," katanya.

     Dia mencontohkan, hasil pemeringkatan itu mendorong upaya penyempurnaan dalam hal kemudahan izin berinvestasi di Indonesia karena masuk dalam salah satu poin yang dinilai. Namun, harus disadari pula ada hal-hal yang memang tidak bisa untuk dioptimalkan dalam hal penilaian, misalnya dalam hal kemudahan memberikan visa atau izin tinggal bagi negara-negara anggota PBB. "Hal ini karena Indonesia menganut sistem resiprokal atau tidak akan memberikan visa kepada negara yang juga tidak membuka penerbitan visa bagi WNI," katanya.Dalam hal itu, Henky berpendapat, nilai Indonesia tidak seoptimal Malaysia yang bisa menerbitkan visa untuk semua negara anggota PBB dengan mudah.

     Menurut Henky, hasil pemeringkatan daya saing tersebut sudah selayaknya mengajak masyarakat untuk berpikir dan memperbaiki segala sesuatu yang sudah menjadi tugasnya masing-masing. "Apapun hasilnya kita sebaiknya jangan melihat angka sebagai sekadar angka bahwa kita berada di level 81 tapi lihat maknanya. Kita tahu bahwa angka itu bisa salah meski bisa juga benar," kata Henky. Ditambahkan, pada dasarnya kunci keberhasilan pariwisata adalah fungsi koordinasi yang baik. Oleh karena itu, pihaknya menyadari bahwa peningkatan koordinasi antar-instansi akan mendorong semakin baiknya pertumbuhan pariwisata tanah air.

     Sejumlah fungsi koordinasi juga telah diupayakan untuk didorong dalam beberapa waktu terakhir di antaranya dalam hal kebijakan Visa on Arrival (VoA) dan kemudahan perizinan berinvestasi (yang hanya memerlukan pendaftaran saja). WEF pada 2009 menempatkan daya saing Indonesia pada posisi ke-81 dari 133 negara. Di kawasan ASEAN, Indonesia tercatat menempati posisi kelima di mana Indonesia berada pada posisi yang lebih baik di atas Vietnam, Filipina, dan Kamboja.

     Indonesia menurut WEF pada 2009 juga tercatat berada pada urutan sepuluh besar dalam hal menempatkan prioritas perjalanan dan pariwisata. Selain itu dalam hal daya saing harga, Indonesia menempati posisi ketiga setelah Mesir dan Brunai Darussalam.

     WEF melakukan penelitian daya saing pariwisata dengan tujuan menemukenali persoalan terkait dengan rendahnya daya saing kepariwisataan nasional. Lembaga itu berharap dapat merekomendasikan rencana tindak bagi pemangku kegiatan agar dapat meningkatkan daya saing pariwisata negara yang bersangkutan.

     Daya saing pariwisata dipilih sebagai fokus penelitian karena dinilai mencerminkan persepsi konsumen internasional atas kualitas destinasi yang berpengaruh pada citra kepariwisataan dunia.

     Untuk keterangan lebih lanjut silakan menghubungi Ka.Pusformas Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata


Pewarta: NON
Editor: PR Wire
COPYRIGHT © ANTARA 2010