Jeddah (ANTARA) - Para jemaah calon haji diingatkan lagi untuk berhati-hati saat berada di tengah kerumunan massa misalnya saat arbain di Mesjid Nabawi, Madinah atau sedang beribadah di Masjidil Haram.

Dari Media Centre Haji (MCH) Mekah, Sabtu, dilaporkan lagi kasus penipuan atas calon jemaah asal embarkasi Surabaya bernama Khaerun Abdul Rozak (71 tahun) di kawasan Masjidil Haram, Mekah.

Kejadian tersebut bermula saat Khaerun berniat mengambil wudhu di salah satu kamar mandi umum yang banyak tersedia di kawasan Masjidil Haram.

Saat sedang celingukan(menengok ke sekitarnya) mencari lokasi kamar mandi, ia didekati oleh seseorang yang menawarkan diri untuk mengantarkannya.

Pria yang mengenakan atribut mirip petugas tim haji tersebut meminta tas Khaerun, untuk diperiksa, lalu ia meninggalkan Khaerun, katanya untuk mencocokkan data tasnya dengan sistem komputer yang ada di kantornya di seputar kawasan tersebut.

Namun setelah menunggu beberapa saat, pria tersebut tidak muncul-muncul sehingga Khaerun terpaksa merelakan uang kertas pecahan rupiah sebanyak sekitar Rp8juta dan pecahan 150 Real yang dibawa pelaku.


Sudah diperingatkan

Peringatan agar jemaah tidak membawa barang berharga atau uang dalam jumlah banyak saat berpergian ke luar pemondokan sudah berkali-kali disampaikan oleh petugas tim haji, namun masih ada saja yang tidak mengindahkannya sehingga menjadi korban penipuan.

Hal itu terjadi antara lain karena jemaah dalam situasi yang dilematis, kadang-kadang mereka juga khawatir untuk meninggalkan barang-barang di pemondokan, apalagi jika sudah "didoktrin" sejak dari tanah air oleh anggota keluarga agar tidak mempercayai siapa pun saat berada di tanah suci.

Hal itu, menurut catatan ANTARA, terjadi misalnya saat para calhaj baru keluar dari pintu pemeriksaan imigrasi di bandara.

Mereka tampak memaksakan diri untuk membawa sendiri barang bawaannya, walaupun petugas menawarkan diri untuk membantu membawakan atau menyodorkan `trolley` tanpa biaya.

Bahkan saat petugas menegur mereka dengan ramah, ada yang acuh saja bahkan memandang dengan sikap curiga, khawatir akan ditipu.

Dalam Rapat Koordinasi antar petugas Tim Haji di Jeddah ,Jumat lalu, khususnya Tim Keamanan juga diingatkan untuk lebih mengantisipasi pengamanan bagi para jemaah, khususnya jemaah lanjut usia dari aksi-aksi kriminalitas.

Tindak pencegahan antara lain dengan memperketat kunjungan ke rumah-rumah pemondokan,pengawasan bagi yang tidak mengenakan identitas atau mengambil foto orang-orang yang dicurigai serta mengenali modus operandi aksi kejahatan.

Beberapa kasus penipuan dan penjambretan juga menimpa calhaj Indonesia lainnya di kawasan Mesjid Nabawi, Madinah dan di kawasan Masjidil Haram. Mekah.

Dalam kasus penipuan, korban biasanya adalah jemaah lanjut usia, sedangkan modus operandinya,pelaku bersikap "sok akrab" atau melakukan pendekatan dengan menggunakan bahasa sama dengan yang diucapkan korban di tanah air.

Sekitar 25.000-an calhaj yang sebelumnya berada di Madinah, saat ini secara bergelombang sudah bergeser ke Mekah untuk melanjutkan prosesi ibadah haji berikutnya,sedangkan calon haji Gelombang 2 yang baru berdatangan dari tanah air langsung menuju Mekah setibanya di Bandara debarkasi Jeddah.

Pada musim haji 1430H tercatat sekitar 191.000 calon haji reguler (Biaya Penyelengaraan Ibadah Haji-BPIH atau dulu Haji ONH), sekitar 20.000 calhaj program Biaya Penyelenggraan Ibadah Haji Khusus (dulu ONH Plus) dan calon haji yang memanfaatkan "calling visa" (undangan dari pemerintah Arab Saudi) yang diurus oleh biro perjalanan swasta tanpa berkoordinasi dengan Departemen Agama.

Pada puncak ibadah haji 1430H ,diperkirakan dua juta ummat Islam dari berbagai penjuru dunia berkumpul di Mekah untuk menunaikan ibadah haji yang merupakan rukun Islam kelima. (*)

Editor: Ricka Oktaviandini
COPYRIGHT © ANTARA 2009