Jeddah (ANTARA News) - Prosesi melontar jumrah di Mina diharapkan lebih lancar dengan rampungnya pembangunan jembatan Jamarat berlantai lima yang sudah dilengkapi fasilitas hi-tech (teknologi tinggi).

"Kami akan terus memonitor dan mengawasi arus jemaah yang melontar jumrah, " kata Asisten Komandan Pengamanan Haji Mayjen Saad Al-Khelavi seperti dikutip Arab News, Selasa.

Ritual melempar jumrah yang merupakan salah satau wajib haji (harus dikerjakan, jika tida harus membayar dam atau denda) akan dilakukan mulai 10 Zulhijah (27 November) dan tiga hari setelah itu (hari Tasrik).

Ada tiga jamarat di Mina yakni Ula, Wustha yang berjarak 150 meter dari Ula dan Aqabah yang berjarak 190 meter dari Wustha.

Jumrah Aqaba dilakukan pada l0 Zulhijah (saat Idhul Adha atau 27 November) saat matahari mulai tenggelam sampai tengah malam, kemudian melontar ketiga jumrah secara berurutan pada ketiga hari setelahnya mulai saat matahari tergelincir sampai tengah malam.

Melempar jumrah adalah ritual untuk memperingati saat Nabi Ibrahim digoda setan untuk membangkang dari perintah Allah menyembelih anaknya, Ismail.

Karena jembatan Jamarat tidak akan bisa menampung lebih dari 300.000 jemaah sekaligus dalam satu jam, Mayjen Al-Khelawi akan menempatkan 19 petugas yang akan mengatur ritual tersebut, dan akan mengatur mobilitas jemaah.

Operasi pengamanan ritual pelemparan jumrah, menurut dia, akan melibatkan sekitar 12.000 petugas, juga dibantu dengan l.850 kamera yag ditempatkan di sejumlah lokasi ritual dan Masjidil Haram.

"Kami juga akan berkosentrasi untuk mencegah terjadinya aksi-aksi kriminalitas," tandasnya seraya menambahkan, 30 pos polisi juga dibangun untuk melayani keluhan atau pengaduan para jemaah.

Proyek pembangunan jembatan Jamarat berteknologi mutakhir bernilai SR4,5 milyar (sekitar Rp11,3 triliun) itu didisain untuk mampu mengakomodasikan sampai lima juta jemaah. Dilengkapi 10 pintu masuk dan 12 pintu keluar sampai ke tingkat empat untuk menampung jemaah yang berdatangan dari berbagai sudut.

Tahapan pembangunan yang belum rampung pada musim haji 1430H ini adalah konstruksi empat tempat pendaratan helikopter (helipad) dan delapan eskalator yang rencananya akan dirampungkan pada musim haji mendatang.

Pemerintah Arab Saudi terus berupaya meniangkatkan layanan bagi jemaah calon haji dengan memperbaiki, melengkapi fasilitas yang diperlukan.

Menurut catatan, geliat pembangunan memang terasa, khususnya di Mekah, dimana puluhan terowongan "underpass" baru tampak dibangun sejak beberapa tahun terkhir ini, belum lagi jalan layang (fly-over) yang bertambah terus jumlahnya.

Mulai musim haji tahun depan (1430H) jemaah diharapkan tidak akan dipusingkan lagi dengan kepadatan manusia di ruas-ruas jalan di Mekah atau di Armina dengan tersedianya jaringan kereta monorel yang pada tahap pertama mampu mengangkut 500 ribu penumpang dalam enam hingga delapan jam.

Proyek yang masih dikerjakan di Armina antara lain konstruksi pembangunan jalan akses tambahan menuju Arafah, penanganan air buangan (sewage system), penambahan kamar mandi dan toilet, perluasan lokasi tenda (untuk ritual Wukuf) serta prasarana layanan umum lainnya dengan memapas delapan bukit batu di kawasan Arafah.

Dengan pemangkasan bukit tersebut akan diperoleh ruang tambahan yang bisa mengakomodasi 100,000 jemaah, tambahan 200 toilet umum dan tambahan jalan akses sepanjang 700 meter selebar 30 meter.

Jika rampung nanti, diharapkan arus lalu-lintas jemaah saat Wukuf akan semakin lancar, karena selain akses jalan-jalan utama disediakan pula jalur darurat.
(*)

Editor: Imansyah
COPYRIGHT © ANTARA 2009