Batam (ANTARA News) - Jamaah haji asal Provinsi Riau yang tergabung dalam kelompok terbang 9 Embarkasi Hang Nadim Batam melakukan protes atas pemondokan di Mekah.

"Betul, memang ada beberapa orang yang protes ke daker (daerah kerja, red) karena masalah pemondokan," kata Sekretaris Panitia Pelaksana Ibadah Haji Embarkasi Hang Nadim Batam ,Erizal Abdullah di Batam, Rabu.

Para calon haji, kata Erizal, protes karena aliran air di pemondokan yang ditempatinya kurang lancar,kata Erizal.

Selain itu, jamaah asal Riau juga menuntut pengembalian selisih biaya pemondokan, karena fasilitas yang diterima tidak semestinya.

"Mereka meminta itu, karena pemondokan yang disebelah menerima. Jadi mereka minta juga," kata Erizal.

Padahal, tarif pemondokan Jamaah Jakarta yang terletak di sebelah pemondokan Riau lebih murah, sehingga ada pengembalian selisih harga, kata Erizal menjelaskan.

Jamaah asal Riau juga mengeluhkan transportasi dari pemondokan ke tempat ibadah, kata Erizal.

"Mereka membandingkan dengan jamaah Jakarta yang mendapatkan fasilitas transportasi yang dibiayai pemerintah daerah, sedangkan jamaah kita tidak ada," kata Erizal.

Sementara itu, hingga Rabu, PPIH Hang Nadim Batam mencatat lima orang meninggal dalam ibadah di tanah suci yaitu Sarif Saleh, yang tergabung dalam kloter 15 asal Jambi, Rd Rivai bin Ibrahimasal Provinsi Jambi yang tergabung dalam kelompok terbang 14 meninggal di Madinad dan dikuburkan di Baqi dan A Datuk Permata Kayo asal Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau yang tergabung dalam kelompok terbang tiga juga meninggal Mekah, Kamis (4/11).

Lalu Supriati Supatmo Kabul asal Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat yang tergabung dalam kloter 21 meninggal dunia di Mekkah dan Hadi bin Soi, yang tercatat sebagai haji asal Kampar, Riau, meninggal dalam usia 73 tahun, Rabu (20/10), pukul 12.30 Waktu Arab Saudi.

Embarkasi Hang Nadim Batam melayani 10.065 calon haji dari empat provinsi yaitu Kepulauan Riau, Riau, Kalimantan Barat dan Jambi yang terbagi dalam 23 kelompok terbang.
(Y011/A011)

Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2010