Johannesburg (ANTARA News) - Bagi Jepang dan Paraguay, pertemuan mereka di babak 16 besar Piala Dunia di Stadion Loftus Versfeld, Pretoria, Selasa (29/6) merupakan pertaruhan harga diri untuk mengukir sejarah baru di pentas sepak bola terbesar di dunia itu.

Siapa pun yang meraih kemenangan, maka akan menorehkan prestasi tertinggi karena untuk pertama kalinya berhasil melaju ke babak perempat-final.

Prestasi terbaik Jepang, tim berjuluk Samurai Biru selama ini hanyalah sampai babak 16 besar ketika menjadi tuan rumah bersama Korea Selatan pada 2002.

Sementara prestasi tertinggi Paraguay yang berjuluk La Albirroja (Merah Putih), adalah sampai ke babak kedua pada Piala Dunia 1986, 1998 dan 2002.

Jepang dan Paraguay melaju ke babak kedua dengan hasil yang sama-sama mengejutkan.

Hampir tidak ada yang menduga Jepang yang terseok-seok saat menjalani pertandingan uji coba sebelum ke Afrika Selatan, secara meyakinkan mengalahkan Kamerun 1-0 dan bahkan melumat Denmark dengan skor telak 3-1 untuk menjadi runner-up Grup E setelah Belanda.

Sementara Paraguay juga tidak kalah mengejutkan karena tampil sebagai juara Grup F, mengungguli Slovakia, Selandia Baru dan juara bertahan Italia.

Di posisikan sebagai "underdog" justru membuat tim asuhan pelatih lokal Takeshi Okaka tersebut berada di zona nyaman karena tampil tanpa beban.

Apalagi Okada sebelumnya sempat menjadi bahan olok-olok karena mengusung target yang dianggap tidak masuk akal, yaitu lolos ke semifinal.

Menghadapi Paraguay, Okada bertekad untuk mempertahankan susunan tim seperti pada pertandingan sebelumnya.

"Paraguay memang tim yang sangat tangguh dan kami akan menjadi underdog," kata juga memimpin Jepang di Piala Dunia 1998. Tapi ketika itu ia belum beruntung karena dari tiga pertandingan, semuanya berakhir dengan kekalahan.

"Secara jujur harus diakui bahwa kami memang masih tertinggal dibanding negara lain, tapi kekuatan kami adalah kekompakan sebagai sebuah tim. Kami telah membuktikan bahwa sepak bola adalah permainan tim," katanya.

Ia juga mengakui bahwa meski mereka bisa membangun benteng yang tangguh, hal itu tidak akan banyak berguna jika barisan depan tumpul, apalagi Paraguay dikenal sebagai tim yang mengandalkan permainan bertahan.

"Pertahanan Paraguay sangat kuat dan mereka juga berbahaya saat melakukan tekanan. Mereka tahu tahu bagaimana memenangi pertarungan," kata Okada.

Di babak kedua di Piala Dunia 2002 lalu, Jepang yang bermain di hadapan pendukung sendiri, dihentikan oleh Turki 0-1.

Dibanding Jepang, Paraguay mempunyai sejarah sepak bola yang lebih panjang di Piala Dunia, meski sama-sama tidak pernah sampai melebihi babak kedua.

Pelatih Gerardo Martino pun menyatakan bahwa ia telah menyiapkan strategi yang belum pernah dilakukan para pendahulunya.

"Jika kami gagal melangkah, tidak banyak yang bisa diingat tentang kami, tapi jika berhasil membalikkan keadaan dengan menampilkan permainan terbaik, maka mereka akan membicarakan kami dalam waktu yang cukup lama," katanya.

Roque Santa Cruz, penyerang asal Manchester City yakin bahwa sekaranglah saatnya bagi Paraguay untuk berbicara lebih jauh ia yakin timnya akan lolos ke perempat-final untuk menantang Spanyol atau Portugal.

"Pertandingan nanti akan menjadi sejarah bagi kami karena kami merasa lebih kuat dari sebelumnya. Kami berada di grup berat, tapi berhasil lolos ke babak berikutnya," kata Santa Cruz.

Selain itu, Paraguay juga akan sangat berharap kepada nasib baik, dibanding dengan tiga kali penampilan sebelumnya di babak 16 besar.

(T.a032/A/T009/T009) 27-06-2010 17:55:47

Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2010