Jakarta (ANTARA News) - Banyak negara yang mengalami duka karena tersingkir dari turnamen Piala Dunia, tetapi jangan salah, karena banyak pula negara yang mengalami keprihatinan berkepanjangan akibat negaranya tidak tampil, termasuk Indonesia.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pun merasakan prihatin sehingga ia menyinggung turnamen itu ketika membuka rapat kabinet terbatas bidang politik, hukum, keamanan, kesejahteraan rakyat dan ekonomi, Senin (5/7) di Kantor Kepresidenan, Jakarta.

Apalagi yang dirasakannya, kalau tidak tentang nasib persepakbolaan nasional. Presiden sebelumnya meminta para pemangku kepentingan untuk bersama-sama bertekad memajukan persepakbolaan nasional.

Menjelang Kongres Sepakbola Nasional di Malang akhir Maret lalu, Presiden mengatakan, harus ada langkah konkret membenahi urusan sepak bola di Indonesia.

Kemudian saat membuka rapat kabinet Senin, seperti diberitakan media, Presiden mengatakan, "Kalau tidak ada langkah konkret, sampai lebaran kuda, sepak bola kita akan begini terus".

Presiden telah berbicara kepada PSSI, KONI, serta Menteri Pemuda dan Olahraga untuk membenahi urusan sepak bola nasional. Menurut SBY, Indonesia memiliki potensi berprestasi di bidang sepak bola tingkat internasional. Pasalnya, lanjut Presiden, Indonesia telah memiliki modal yang cukup untuk berprestasi di dunia sepak bola tingkat internasional.

"Kecintaan masyarakat terhadap sepak bola tinggi. Bangsa kita punya talent. Kita juga punya riwayat juara. Sudah banyak. Maka mari kita tata sedikit lagi," ungkap Presiden.

Indonesia sebenarnya pernah tampil di Piala Dunia, bahkan merupakan negara Asia pertama yang berlaga di ajang turnamen akbar itu, tepatnya Piala Dunia 1938 di Prancis.

Tetapi saat itu nusantara belum merdeka, sehingga Indonesia mengusung nama Nederlandsche Indiesche atau Netherland East Indies atau Hindia Belanda.

Situasi tidak menentu di Eropa dan sulitnya perjalanan ke Prancis secara tidak langsung memberikan keuntungan, karena Jepang menolak hadir dan memberikan kesempatan bagi Hindia Belanda untuk tampil mewakili zona Asia di kualifikasi grup 12.

Amerika Serikat yang jadi lawan berikutnya menyerah tanpa bertanding sehingga pemain calon negara Indonesia pun melenggang ke Prancis.

Pengiriman kesebelasan Hindia Belanda bukannya tanpa hambatan. NIVU (Nederlandsche Indische Voetbal Unie) atau organisasi sepak bola Belanda di Jakarta bersitegang dengan PSSI yang telah berdiri April 1930.

PSSI yang diketuai Soeratin Sosrosoegondo, insinyur lulusan Jerman yang lama tinggal di Eropa, ingin pemain mereka yang dikirimkan.

Namun, akhirnya kesebelasan dikirimkan tanpa mengikutsertakan pemain PSSI dan menggunakan bendera NIVU yang diakui FIFA.

Ditangani pelatih Johannes Mastenbroek, pemain kesebelasan Hindia Belanda adalah mereka yang bekerja di perusahaan-perusahaan Belanda.

Tercatat nama Bing Mo Heng (kiper), Herman Zommers, Franz Meeng, Isaac Pattiwael, Frans Pede Hukom, Hans Taihattu, Pan Hong Tjien, Jack Sammuels, Suwarte Soedermandji, Anwar Sutan, dan kiri luar Nawir yang juga bertindak sebagai kapten.

Pada babak penyisihan, Hindia Belanda langsung menghadapi tim tangguh, Hungaria, yang kemudian meraih posisi runner-up.

Tidak banyak informasi yang didapatkan mengenai pertandingan di Stadion Velodrome Municipale, Reims, 5 Juni 1938, tersebut. Pada pertandingan yang disaksikan 9.000 penonton itu, Hindia Belanda tidak mampu berbuat banyak dan terpaksa pulang lebih cepat setelah kalah 0-6.

Memang belum menggunakan bendera Merah-Putih, tapi ini merupakan satu-satunya penampilan "tim Indonesia" di Piala Dunia, hingga 2010.

Kapan PSSI ke Piala Dunia?
Ketika berlangsung pembukaan Piala Dunia 2010, Presiden SBY pun menyaksikan pertaandingn antara Afrika Selatan melawan Meksiko.

Ketika itu Presiden bertanya kepada wartawan, "Kapan PSSI masuk Piala Dunia?" Pertanyaan itu disambut tawa yang hadir.

"Kalau dari jumlah penduduk, tidak perlu berkecil hati. Tiongkok tak masuk toh? India tak masuk toh?` canda SBY. Namun kemudian SBY menambahkan untuk tidak menjadikan hal tersebut alasan.

Suasana begitu hangat ketika petinggi negara nonton bareng Piala Dunia 2010 di Ruang Puri Kencana, Hotel InterContinental Jimbaran, Bali, Jumat (11/6) malam.

SBY tampil santai, bercelana coklat, kaus polo, dan jaket kulit hitam. Menteri Perekonomian Hatta Rajasa, Menpora Andi Mallarangeng, Menbudpar Jero Wacik, dan Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad pun tampil santai.

Layar lebar terpampang didinding. Lebih dari 40-an kursi terisi penuh, selain oleh menteri, juga staf Istana Kepresidenan dan wartawan yang menyertai kunjungan Presiden ke Bali. Presiden sendiri memasuki ruangan nonton bareng beberapa detik setelah kick-off babak pertama pertandingan Afrika Selatan V Meksiko yang ditayangkan langsung dari Stadion Soccer City, Johannesburg, tersebut.

SBY sangat menikmati jalannya pertandingan. Presiden terkadang terlihat menanggapi komentar Menko Perekonomian Hatta Rajasa yang menonton dengan amat bersemangat di sebelah kanan Presiden. Sedangkan di sebelah kiri SBY adalah Sekretaris Kabinet Dipo Alam.

Ketika pemain Meksiko berhasil menceploskan bola ke gawang Afsel, SBY bertepuk tangan bersama yang lainnya. Namun gol tersebut dianulir oleh wasit sehingga SBY kembali menggeleng sambil tersenyum.

Di akhir babak pertama, Presiden bertepuk tangan untuk kedua tim. Kemudian Menpora Andi Mallarangeng berdiri dan membahas pertandingan sedikit dengan Presiden dan para menteri yang duduk di deret depan, sebelum mengambil minum.

"Kalau teknik perorangan, Meksiko mungkin lebih sedikit di atas," kata SBY, yang gemar sepak bola dan beberapa kali nontong tayangan langsung di televisi, baik kompetisi liga Eropa atau event besar seperti Piala Eropa dan Piala Dunia. SBY juga beberapa kali menonton langsung di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta.

Usai pertandingan Afsel vs Meksiko yang berkesudahan 1-1, Presiden SBY bertepuk tangan bersama para menteri.

"Meksiko melemah ya di babak kedua," kata SBY.

Seorang Kepala Negara seperti SBY begitu mendambakan penampilan tim sepak bola nasional di kancah internasional, seperti juga yang diperlihatkan para kepala negara lain. Ini seharusnya mendapat respons postitif, terutama dari PSSI yang mengurusi cabang itu.

Kalau tidak diantisipasi lewat program jangka panjang, serta pembenahan di semua lini kepengurusan, maka ungkapan SBY akan tetap bergema, "Hingga lebaran kuda pun, sepak bola kita akan terus begini." (A008/A011)

Pewarta: A.R. Loebis
Editor: Aditia Maruli Radja
COPYRIGHT © ANTARA 2010