Timika (ANTARA News) - Aparat TNI dari berbagai kesatuan di Timika, Papua, menggelar kegiatan bakti sosial membersihkan Gereja Katedral Tiga Raja dan Masjid Agung Babussalam, dalam menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) ke-65 Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Komandan Kodim 1710 Mimika, Letkol Inf Boni Pardede, kepada ANTARA News di Timika, Jumat, mengatakan bahwa selain menggelar kegiatan bakti sosial, aparat TNI juga menggelar kegiatan pengobatan massal warga di Kampung Kamoro Jaya-SP1 dan kejuaraan bulu tangkis.

Menurut Boni Pardede, berbagai kegiatan yang diselenggarakan itu dalam rangka mendekatkan TNI dengan rakyat karena TNI lahir dari rakyat.

"Menyambut HUT TNI tahun ini kami berharap masyarakat Mimika semakin mencintai TNI," katanya.

Ia menilai kondisi keamanan di wilayah Mimika akhir-akhir ini sangat kondusif.

Disinggung tentang adanya potensi gangguan keamanan dari kelompok-kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM) di wilayah Mimika, Boni Pardede menegaskan hal itu tidak signifikan meski aparat keamanan terus meningkatkan kewaspadaan.

"Silahkan anda menilai sendiri bagaimana situasi keamanan di wilayah Timika dan sekitarnya saat ini," kata Boni.

Ia mengatakan, aparat TNI setempat akan membantu tugas-tugas kepolisian dalam mengamankan wilayah Mimika dari berbagai ancaman dan gangguan yang bisa memicu keresahan masyarakat.

Bantuan dari jajaran TNI, katanya, juga diberikan dalam rangka pengamanan acara peresmian Gereja Katedral Tiga Raja Timika pada 7 Oktober nanti yang direncanakan akan dihadiri sejumlah tamu penting seperti Duta Besar Vatican untuk Indonesia, Mgr Leopoldo Girelli dan Duta Besar Amerika Serikat (AS) Scot Marciel.

"Kita kedepankan polisi, sedangkan TNI hanya membac-up saja," jelasnya.

Sementara itu Kapolres Mimika AKBP Mochammad Sagi mengatakan jajarannya mengaktifkan polisi masyarakat (polmas) untuk mengantisipasi masuknya jaringan radikal dan jaringan teroris ke wilayah setempat.

Sagi mengajak keterlibatan seluruh elemen masyarakat Mimika agar membantu mengamankan lingkungannya masing-masing dan mengenali setiap warga yang baru datang ke wilayah itu.

"Setiap warga yang masuk tanpa diketahui seluk-beluk dan latar belakangnya segera dilaporkan ke polisi," imbau Sagi.

Menurut dia, polisi akan tetap memantau setiap kegiatan yang mencurigakan yang dapat mengancam keutuhan masyarakat Mimika.

Selain memiliki obyek vital nasional yakni PT Freeport Indonesia, masyarakat Mimika juga sangat heterogen karena berasal dari latar belakang suku/etnis, agama, bahasa dan budaya yang berbeda-beda.
(T.E015/B013/P003)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2010