Jakarta (ANTARA News) - Mantan Ketua DPR RI Akbar Tanjung mengatakan, reformasi yang sudah berjalan 10 tahun bisa dievaluasi. Penegasan Akbar itu dikemukakannya di Jakarta, Jumat, terkait keprihatinan Hutomo Mandala Putra atau Tommy Suharto bahwa sejak reformasi, Indonesia mengalami kemunduran.

"Reformasi sudah jadi kesepakatan bersama dan harus dilanjutkan. Tapi dalam operasional perlu dilakukan evaluasi, sejauh mana menghasilkan sesuatu yang sesuai dengan cita-cita kita. Kalau memang belum, harus kita perbaiki. Jadi perubahan itu suatu yang niscaya. Reformasi kalau tidak sejalan dengan semangatnya, cita-citanya, kita harus lakukan perbaikan," kata Akbar usai menghadiri Forum Silaturahmi Anak Bangsa di Gedung DPR, Jakarta, Jumat.

Akbar mengaku, keprihatinan Tommy Suharto itu beralasan. Menurut dia, walau reformasi telah berjalan sekian lama tapi rakyat Indonesia ternyata masih banyak yang miskin. Orang yang tak dapat pekerjaan masih banyak, konflik sosial, suku, agama, horizontal juga masih ada.

"Reformasi sudah berjalan dan kita lakukan pembaruan politik. Ternyata money politik masih berjalan. Ini semua adalah fakta yang tentu harus terus dilakukan perbaikan. Demokrasi harus ditingkatkan dan diperbaiki kualitasnya," kata mantan Ketua Umum Golkar itu.

Ia menambahkan, konflik yang terjadi di tanah air adalah akumulasi dari keresahan masyarakat yang mana bila ada masalah, langsung memicu kejadian dan konflik.

Bangsa ini tentu tidak bisa biarkan konflik itu terjadi. Aparat tidak boleh ragu mengambil tindakan hukum terhadap mereka yang melakukan pelanggaran dan menentang hukum. "Apa pun alasannya, jangan diperbolehkan, apa pun latar belakangnya. Kalau melanggar aturan, ambil tindakan dan jangan ragu-ragu. Lakukan pengelolaan konflik dengan baik sehingga tidak ganggu sendi-sendi bangsa ini," kata Akbar.

Sementara itu dalam sambutannya, putra bungsu mantan Presiden Soeharto, Hutomo Mandala Putra, mengaku prihatin dengan reformasi saat ini yang dinilainya kebablasan.

"Kita sangat prihatin dengan keadaan bangsa ini," kata Tommy Suharto.

Ia menyebutkan, di zaman Orde Lama, Indonesia mendapat tambahan wilayah, yakni Irian Barat atau Papua. Di zaman Orde Baru, Indonesia mendapat tambahan wilayah Timor Timur.

"Sekarang selama reformasi, kita kehilangan Timor Timur, kemudian kehilangan Sipadan-Ligitan dan banyak terjadi konflik-konflik di berbagai daerah yang memang ingin memisahkan dari NKRI," kata Tommy.

Ia berharap forum silaturahmi anak bangsa ini bisa dijadikan untuk mempekuat NKRI dan bisa memberikan yang terbaik bagi bangsa ini.

"Kita harus berikan kontribusi yang nyata agar bisa eksis dan NKRI tetap terjaga," katanya.(*)

(ANT-134/D011/R009)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2010